6.00

1.2K 188 23
                                    

Pertemuan dengan Galen kemarin membuat Joanna demam semalaman.

Dirga dengan terpaksa membawa Joanna pulang ke apartemennya, karena dari awal perjalanan sampai mendekati daerah kostnya, Joanna benar-benar tidak berhenti menangis. Tatapan khawatir Dirga berubah menjadi lebih serius saat suhu tubuh Joanna tiba-tiba menjadi sangat tinggi. Dengan bergegas dia menggendong badan Joanna yang sudah sangat panas ke unit apartemennya, di mana Joanna yang sudah setengah sadar terus memanggil nama Galen dari mulutnya sambil memeluk leher Dirga dengan erat.

"Jo.. udah."

Kini mereka berdua sudah terduduk di kasur milik Dirga, Dirga yang sudah memakai pakaian rumahnya sehabis mandi dan Joanna yang masih sesekali menangis di atas pangkuan Dirga. Dia memakai hoodie milik Dirga, yang terlihat sangat kebesaran di badannya.

Telapak tangan Dirga kembali bergerak ke dahi Joanna untuk kesekian kalinya. Dia hanya bisa mendesah pasrah karena demam Joanna tidak kunjung turun, walaupun sudah dia kompres tadi. Dirga menundukkan kepalanya, menggesekan hidungnya ke ceruk leher Joanna dan terdiam di sana. Sedangkan Joanna sendiri masih terdiam dengan mata yang sangat memerah, memeluk pinggang Dirga dengan erat.

"Tadi ada Galen, Dir..." gumam Joanna yang berhasil memecah lamunan Dirga. Tangan Dirga kini beralih untuk mengusapi punggung milik Joanna.

"Iya gue tau." Jawab Dirga dengan sedikit teredam, karena dia tidak mengangkat wajahnya sama sekali dari leher Joanna.

"Kenapa dia baru muncul sekarang, pas gue udah hidup baik-baik aja? Dan kenapa lo ga bilang ke gue kalo dia balik? Bisa aja hari ini kita ga perlu ketemu sama dia dan gue gaperlu ketemu sama dia. Gue benci banget keinget lagi sama masa-masa yang dulu, Dir." 

Kali ini Dirga hanya terdiam. Dia hanya bisa mengeratkan pelukannya di badan Joanna tanpa memberikan jawaban apa-apa. Mulutnya terasa kaku, takut kalau kata-katanya nanti malah akan memperburuk suasana.

"Maaf Jo..."

Joanna menggelengkan kepalanya dengan cepat dan dengan mata yang sudah berkaca-kaca lagi dia menatap Dirga.

"Gue ga butuh maaf dari lo. Gue cuma butuh penjelasan kenapa."

"Kenapa apanya? Kan tadi--"

"Bukan. Penjelasan kenapa lo nutup-nutupin ini dari gue."

Dirga termenung sebentar. Dia memejamkan matanya dengan sangat erat sambil mengepalkan tangannya juga. Wajahnya perlahan mulai terangkat, menampilkan tatapannya yang sayu. Dia menatap penuh perasaan bersalah ke arah Joanna sebelum menghembuskan napasnya dengan keras.

"Karena gue mau nyingkirin dia dari hidup lo, Jo. Sesimple itu."

Tatapan sendu Joanna langsung tergantikan raut wajah kaget. Dia membulatkan kedua bola matanya sambil menatap Dirga dengan ngeri. Laki-laki yang dia tatap pun seakan-akan menangkap sinyal ketakutan dari Joanna dan berakhir dengan Dirga yang menoyor pelan dahi Joanna sambil berdecak.

"Si dodol pasti mikirnya udah ke hal-hal jahat. Ga separah itu. Gausah ngebayangin gue ditangkep polisi karena ceburin mantan pacar brengsek lo itu ke waduk." Sambung Dirga sambil mendengus.

"Ya lagian omongan lo serem banget! Jadi mikir yang nggak-nggak kan gue."

Dirga menggelengkan kepalanya sambil memasang raut wajah yang sudah lelah karena kelakuan Joanna.

"Jo, dengerin gue." Dirga memegang kedua bahu Joanna dengan erat. Joanna pun yang dipaksa untuk mengangkat kepalanya hanya bisa menurut dan menatap Dirga.

"Gue mau dia pergi dari hidup lo. Buat selamanya. Ga usah balik juga gapapa, bagus malah." ucap Dirga. "Udah muak gue angkat telfon lo tiap subuh cuma buat dengerin tangisan lo karena dia. Didiemin lah, ditinggal pergi keluar kota lah. Dulu gue udah sabar, ga pernah nyuruh lo buat putus sama Galen, karena apa? Karena gue mikir itu masalah biasa waktu kalian menjalin hubungan. It supposed to be give and take in every relationship, dan waktu itu, gue yakin kalo Galen bakal ngebayar semua hutang kasih sayangnya ke lo. As simple as that, yet he broke my trust."

inbetween | doyoung x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang