Joanna sudah mulai terbiasa dengan rumah baru, lingkungan baru, dan tentu saja Surabaya. Dia mulai memaklumi seberapa panasnya Surabaya saat siang hari dan seberapa lembabnya Surabaya saat malam. Begitu juga dengan Dirga yang memaklumi cuaca di kota ini, toh jarang juga terguyur hujan dan menyebabkan keadaan di sana benar-benar panas.
Setiap pagi sebelum berangkat kerja, Dirga biasanya membuat janji dengan Joanna untuk makan siang bersama di restoran dekat kantornya. Hampir setiap hari Joanna mengiyakan, tapi entah kenapa hari ini dia merasa enggan. Dia sedang ingin berdiam diri di rumah dan melanjutkan menonton drama korea yang sudah dia tunda-tunda terus karena Dirga yang tidak bisa ditinggal sedetikpun saat di rumah.
Sekarang pukul 1 siang dan Joanna sedang membaringkan badannya di sofa sambil menonton drama yang dia maksud di layar televisi. Dengan serius dia menonton tayangan tersebut sampai bunyi bel rumah membuatnya tersontak kaget. Bunyi bel yang dia kira adalah berasal dari kurir paket sempat tidak dia gubris, tapi bel tersebut berbunyi lagi untuk dua sampai tiga kali yang menandakan beneran ada tamu yang datang ke rumahnya.
Jam 1 siang kedatangan tamu terkesan sangat tidak masuk akal, sih.
Joanna mengerutkan dahinya, tapi tetap berjalan menghampiri pintu diikuti dengan Cio yang mengekorinya dari belakang. Setelah membuka kunci pintu, Joanna pun membuka pintu rumahnya dan terdiam beberapa saat ketika ada tamu yang tidak dia expect akan datang ke rumahnya yang bisa dibilang sangat jauh dari rumah asalnya.
"Ojan? Ngapain lo ke sini, buset?" Tanya Joanna terheran, tapi tetap membukakan pintu tersebut sehingga Fauzan bisa masuk ke dalam.
Untuk beberapa saat, dia menunggu juga kedatangan Fauzi. Tapi sepertinya memang Fauzan datang sendiri ke sini dan hanya membawa satu tas ransel di punggung.
"Ini Cio?"
Bukannya menjawab pertanyaan Joanna, Fauzan malah menaruh tasnya di sofa dan berjongkok di hadapan Cio yang sudah menatap lelaki itu dengan tatapan penasaran. Mereka berdua saling diam, sampai Cio mulai berjalan mendekat dan begitu juga dengan Fauzan yang mulai tersenyum sambil menggesekkan jarinya ke badan Cio.
"Lo gak jawab pertanyaan gue, Jan."
Pintu rumahnya dia kunci kembali. Joanna terus memandangi Fauzan, tapi Fauzan sendiri seperti tidak mendengarkan omongan Joanna dan malah asik bermain dengan Cio.
Baru saja Joanna ingin membuka mulutnya lagi, Fauzan baru berbicara.
"Gue lagi istirahat dari media sosial."
Jawaban singkat nan tidak bermaksud Fauzan sepertinya tidak membuat puas Joanna, karena dia kini masih memasang raut wajah bingung sambil terduduk di atas sofa.
"Instagram, twitter, whatsapp, line, semuanya gue hapus." Fauzan masih bermain dengan Cio, meskipun dia berbicara dengan Joanna. "Jadi kalo misalnya Fauzi nelfon atau ngechat lo dan nanya perihal gue, bilang aja gue aman."
"Gue gak ngerti."
Fauzan berhenti mengelus Cio dan kini menoleh ke Joanna.
"You okay, Jan?"
Lagi, Fauzan memilih untuk tidak menatap Joanna dan memilih untuk hanya menatap Cio yang sudah berlari kesana kemari sambil mengigit boneka mainannya dengan riang.
"I'm not, Jo. That's why I'm taking a rest from the world."
"Lo mau cerita?"
Pertanyaan Joanna tidak langsung Fauzan jawab. Malahan dia beranjak dari posisi jongkoknya dan terduduk di atas sofa di samping Joanna.
"Bang Dirga biasanya balik jam berapa, Jo?"
Joanna melirik ke arah jam dinding di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
Teen FictionDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.