Setelah kegiatan taman kecilnya terpaksa harus dia tunda tadi, sekarang Joanna bisa bernapas lega karena tamannya sudah terlihat rapi. Dia juga sudah menanam beberapa benih di pot, menyiramnya sambil tersenyum senang, dan berangsut masuk ke rumah. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul sembilan dan dia langsung naik ke kamar untuk mandi serta membersihkan diri.
Kemarin Dirga mengajaknya untuk ke rumah, yang tentu dia iyakan dengan senang hati.
Sudah lama dia tidak main ke sana, padahal cuma berjarak beberapa rumah darinya. Bundanya selalu bilang untuk tidak bermain di rumah orang lama-lama, karena Joanna pasti nyusahin. Minta makanan terus.
Ya ga salah sih.
"Bunda! Aku mau main ke rumah tetangga!"
Teriak Joanna dari bawah setelah dia selesai mandi dan sarapan. Hari ini Joanna menggulung rambut panjangnya dan menjepitnya, memakai kaos hitam polos dan celana rumahan selutut. Sendal jepit bermotif elmonya dia pakai dan dengan santai Joanna berjalan ke arah rumah Dirga sambil bersenandung. Bel rumah yang berada di samping gerbang langsung Joanna pencet dan tidak butuh waktu lama, gerbang pun terbuka.
"Mami!" Joanna memeluk mami dengan erat dan dibalas sama eratnya juga oleh mami.
Mereka berdua mengobrol dengan sangat bersemangat dari gerbang ke arah pintu rumah dan berhenti saat mereka berdua sudah masuk ke dalam.
"Kebetulan mami mau buat roti, kamu mau bantu?"
Joanna mengangguk dengan bersemangat. Dari sekian banyak makanan home made yang bisa dibuat, Joanna paling suka membuat roti. Dia sangat merasa puas saat sebuah adonan dapat mengembang dan berubah jadi roti yang enak. Membayangkannya saja sudah membuatnya tersenyum senang dan tidak sabar.
Tapi masalahnya, tujuan utama dia ke sini adalah ketemu Dirga.
"Dirganya lagi di kamar ya mi?" Tanya Joanna ke mami yang sedang menyiapkan bahan-bahan di atas meja.
"Iya tuh di atas. Samperin aja sayang, ga bakal marah kalo kamu yang ganggu dia kerja."
"Oke!"
Dengan langkah bersemangat, Joanna naik ke lantai dua rumah ini. Di dinding sebelah tangga, Joanna bisa melihat banyak bingkai foto yang dipasang beserta foto-foto masa kecil Dirga dan kakaknya. Sedari dulu, posisi dari bingkai-bingkai ini tidak pernah berubah dari tempatnya. Selalu membawa kesan nostalgic yang besar saat Joanna menatapnya. Di beberapa deret foto itu juga terdapat fotonya dan Dirga. Saat dia lulus dari SMA dan foto saat Dirga wisuda.
Sampai di depan pintu kamar Dirga, Joanna mengetuknya untuk beberapa kali sampai dia mendapat izin untuk masuk dan pintu pun dia buka secara perlahan. Joanna mendapati punggung lebar Dirga dari belakang, Dirga yang sedang membalas beberapa email yang masuk ke inbox, dengan dahi yang berkerut dan bibir yang sesekali digigit karena dia sedang berpikir. Hari ini setelan baju dia sangat santai, karena tidak ada meeting yang mengharuskannya untuk memakai kemeja.
Joanna mengerucutkan bibirnya. Padahal dia ingin melihat Dirga yang memakai atasan rapi tapi bagian bawah hanya celana rumahan saja. Pasti terlihat aneh, mengingat Dirga adalah orang yang perfeksionis di segala bidang termasuk berpakaian rapi.
"Good morning sunshine!"
Joanna merangsek maju, mengalungkan tangannya ke leher Dirga dan mencium pipi pria itu dari belakang. Dirga sendiri hampir terlonjak dari kursinya dan tertawa kecil saat menyadari kalau yang mengetuk pintu kamarnya tadi itu Joanna.
"Tumben udah bangun?"
Dirga melonggarkan rangkulan Joanna agar dia dapat memutar kursi dan menatap sang gadis dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
Teen FictionDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.