2.00

1.5K 246 58
                                    

Sudah satu minggu setelah insiden Joanna putus dengan dramatis. Dan berarti sudah satu minggu Joanna ke kampus dengan muka kucel, tanpa senyum yang terpatri di bibir tipisnya. Biasanya setiap masuk kelas, dia selalu tersenyum ke semua teman-teman sekelasnya.

Tapi satu minggu ini, Joanna boro-boro mau tersenyum. Memperhatikan setiap mata kuliah yang dia datangi pun sepertinya tidak.

"Jo."

"Hmm."

"Nanti malem kosong?"

Suara ketikan yang sedari tadi dibuat oleh Joanna seketika berhenti. Sang empunya hanya terdiam, berusaha mengingat kembali jadwal yang sudah ia susun pagi tadi.

"Tergantung, mau diajak kemana."

Fauzan yang merasakan adanya lampu hijau langsung tersenyum lebar. Ia menempelkan pipinya ke meja perpustakaan dan menatap Joanna dengan tatapan memelas. Joanna hanya mengerling dan kembali memfokuskan matanya ke layar laptop.

Mereka berdua, Joanna dan Fauzan, sedang berada di perpustakaan Fakultas sesaat setelah Joanna menyelesaikan kelas terakhirnya. Fauzan yang memang hanya ada kelas siang dengan suka rela menunggu sampai jam satu untuk menemani temannya itu mengerjakan tugas di perpustakaan. Salah satu tempat sepi yang Joanna suka selain kamar kostnya, tapi jadi tempat yang Fauzan segani karena terlalu sepi.

Kepribadian mereka berdua memang sangat-sangat bertolak belakang, tapi sepertinya itu alasan mereka bisa menjadi dekat?

"Nanti malem nongkrong sama gue sama Fauzi. Makan pecel."

Belum sempat Joanna jawab, Fauzan sudah membuka mulutnya lagi.

"Dibayarin Fauzi."

Joanna yang tadinya ingin menolak langsung terdiam. Sudah beberapa hari ini kedua temannya itu rela menghabiskan uang untuk Joanna. Beliin cilor lah, telor gulung, batagor samping kampus, banyaklah pokoknya. Dia paham, mereka berusaha untuk menghiburnya. Karena bisa dibilang ya wajahnya akhir-akhir ini memang tidak bersahabat sama sekali sih.

Tapi kan gue ga rela jadi kayak tukang palak gini?

"Ojan."

"Apa?"

"Gue gapapa. Mending simpen uangnya buat tabungan lo beli motor baru."

Raut wajah Fauzan langsung berubah. Bukan karena mengingat Surti, motor kesayangan Fauzan dari sma, sudah harus diganti dengan yang baru. Tapi karena alasan lain, yang dia tidak suka sama sekali.

Kedua mata yang tadinya berbinar itu langsung berubah menjadi sendu lagi. Ia menatap lekat-lekat wajah Joanna tanpa berkedip. Memperhatikan di mana letak "gapapa" dari omongan temannya tersebut.

"Jo?"

"Apasih Jann?"

"Lo udah bilang ke bang Dirga?"

Lagi, jari Joanna berhenti mengetik. Ia mensandarkan punggungnya ke kursi dan menatap balik Fauzan.

Hampir semua teman Joanna sudah tau perihal putusnya dia dengan Chandra. Apalagi kalau putusnya dengan alasan selingkuh. Dan hampir semua temannya pun keheranan, apa yang kurang dari Joanna?

"Gak. Chandra bisa abis."

Mendengar jawaban yang tidak memuaskan dari Joanna, Fauzan langsung mendengus dengan keras dan mengepalkan tangannya di meja.

"Lo baik banget ke cowok brengsek kayak gitu, Jo." Fauzan menatap Joanna dengan sinis. "Please berhenti. Dia ga pantes dibaikin."

"Tapi benci orang lain juga gabakal bikin keadaan balik lagi jadi baik-baik aja, Jan." Gantian Joanna yang menatap Fauzan dengan tidak suka.

inbetween | doyoung x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang