Prologue.

3K 288 25
                                    

Dentuman demi dentuman musik, secara sengaja menulikan telinga mereka semua. Menghambat setiap kepingan memori dan kejadian yang terjadi pada hari itu. Pernah melihat metaforfosa seekor kupu-kupu? Yang terlilit dalam diam pada siang hari dan membentangkan sayap ringkihnya pada malam hari?

Banyak kupu-kupu yang berkumpul di situ. Berdansa, menyanyi dengan lepas dan keras, seakan-akan beban yang mereka tanggung pada hari ini bisa terlepas malam ini.

Malam ini saja, mereka tau.

Hampir semua orang terfokus ke lantai dansa, meninggalkan gelas-gelas yang berisi minuman memabukkan yang mungkin menjadi dalang dari keramaian ini.

Hampir semua, kecuali Joanna. Seorang gadis cantik berperawakan tinggi dengan penampilan yang sangat sederhana, hanya setelan kaos polos dan skinny jeans robek-robek berwarna biru langit.

Ketika setiap pengunjung mengenakan pakaian terbaik mereka, gadis ini hanya mengenakan pakaian santainya.

Sangat menjelaskan tujuannya ke sini bukan untuk mencari perhatian, tapi hanya melepaskan penat.

Sesekali dia menghabiskan minuman di gelasnya dalam sekali teguk. Rasa terbakar di tenggorokannya sedikit demi sedikit mulai menghapuskan beratnya beban yang dia pikul di pundak.

"Capek banget ya lo?"

Bartender yang sedari tadi terus berada di sisi Joanna akhirnya membuka mulutnya. Walaupun diselingi dengan melayani customer lain, Fauzan tidak henti-hentinya menatap Joanna dengan raut wajah bingung.

Tidak adanya respon dari sang puan pun menambah kebingungan Fauzan.

"Kenapa lo? Diputusin?"

Skakmat.

Pertanyaan Fauzan seakan-akan menjadi panah yang tepat menusuk hati Joanna.

Dengan segera, Joanna menelungkupkan wajahnya. Sesekali membenturkan kepalanya ke meja bar yang diiringi dengan tatapan khawatir Fauzan. Sumpah serapah dan teriakan kasar tidak ada habis-habisnya keluar dari mulut Joanna. Sebuah keuntungan untuknya, karena dentuman musik di sana lebih keras dibanding teriakan sengsara Joanna.

Rasanya mau jadi batu aja.

"Gue udah chat Dirga. Dia lagi otw kesini."

Masa bodo dengan omongan temannya. Joanna yang sudah berhenti berteriak kini kembali meneguk birnya dengan rakus. Fauzan yang melihatnya pun tidak bisa melakukan apa-apa, karena tenaganya juga akan kalah dengan galaknya Joanna. Terlebih lagi dengan keadaan murung seperti itu.

"Jo, udah. Ini udah mau botol yang keempat. Bisa-bisa besok hangover lo berat banget."

Berdecak kesal, sang puan hanya menganggap omongan Fauzan angin lalu. Sekali dua kali dia terbatuk karena minum terlalu cepat, tapi niatnya malam ini begitu besar sampai-sampai dia tidak sadar sudah ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

Dengan setelan santainya, Dirga kini sudah berdiri dengan tegap di belakang tubuh Joanna yang sekarang sangat terlihat ringkih di matanya. Dia menghela napas dengan berat, memberikan kode agar Fauzan segera membereskan sisa minuman yang masih belum sempat Joanna habiskan.

Gadis itu memegang botol bir di hadapannya dengan sangat keras sembari memelototi Fauzan.

"Ojan! Apaan sih!"

"Udahan Jo please. Gue kasian sama lo asli"

Dirga masih memandangi adegan tarik menarik botol bir itu dengan sangat sabar. Dengan Fauzan yang ketakutan karena dibentak Joanna, membuat tarikannya melemah dan alhasil, botol itu sudah kembali ke tangannya. Dengan senyuman puas, Joanna berniat menenggak langsung dari botolnya sebelum tangan Dirga merampas minuman itu dengan paksa dan langsung memberikannya ke Fauzan.

inbetween | doyoung x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang