Bismillah
Selamat membaca♥Jangan lupa Vote komen!
11. Surat kedua
“Jika mencintai mu adalah ilusi, maka ijinkan aku untuk selalu berimajinasi.”
Amir Mahendra Al ‘arafi
****
Sore hari sekitar pukul empat, Mila sedang perjalanan ke makam ayah nya sesuai permintaan nya kemarin. Mila dan Laras baru saja membeli buket bunga untuk diletakkan di atas makam Akbar.Laras menyetir mobil dengan tenang. Sementara Mila duduk manis sambil melihat keluar kaca. Sampai sekarang pikiran nya masih tertuju kepada surat misterius yang pengirim nya berinisial ‘AMA’ itu. Mila tidak akan se-penasaran ini jika surat itu bukan untuk nya. Tapi di dalam surat itu jelas sekali tertera nama lengkap nya. Itu arti nya surat itu memang di tujukan untuk nya.
Mobil yang dikendarai Laras sudah sampai di depan pintu masuk pemakaman umum. Kedua nya segera turun dan memasuki area pemakaman. Laras dan Mila berjongkok di samping gundukan tanah. Mila mencabuti rumput-rumput yang mulai tumbuh di atas makam Akbar. Lalu Mila mengusap nisan putih dimana nama Akbar tertulis disana. Mila mengukir senyum kala muncul di benak nya sekelebat kenangan bersama sang ayah.
Assalamu‘alaikum Ayah. Bagaimana kabar Ayah disana? Mila harap Ayah mendapat tempat yang paling indah di sisi-Nya.
Ayah, hari ini Mila datang dengan Bunda. Tadi nya Mila mau ajak kak Zahra, tapi dia sedang pergi dengan suami nya. Ayah, Mila minta maaf karena pernah menjadi anak pembangkang. Mila minta maaf. Mila menyesal Ayah.
Ayah, Ayah harus tahu, sekarang Mila sudah menjadi anak yang baik seperti keinginan ayah. Mila sudah di pesantren sesuai keinginan ayah. Dan itu semua berkat kak Zahra.
Ayah, perjalanan hijrah Mila sangat berat. Mila bahkan beberapa kali ingin menyerah. Tapi Mila selalu mengingat nasihat ayah. Mila tidak boleh mudah putus asa dan harus terus berusaha. Mila tidak pernah takut karena Mila tahu, Allah dan ayah selalu ada untuk Mila.
Satu hal yang harus ayah tahu, Mila sangat merindukan ayah.
Kalimat-kalimat itu hanya terucap di dalam hati Mila. Mila tidak berani mengucapkan dengan mulut nya karena dia malu, apalagi sekarang ada Bunda nya. Tapi Mila yakin Ayah nya mendengar keluh kesah nya. Mila menutup mata lalu membaca surat Al-fatihah untuk ayah nya.
“Sudah selesai, dek?” tanya Laras yang di angguki oleh Mila. “Kita pulang, yuk!”
“Iya, Bunda.” Sekali lagi Mila mengelus nisan Akbar. Dia tersenyum dibalik cadar nya. Lalu Mila berdiri dan berjalan meninggalkan makam bersama Laras.
Banyak hal yang masih ingin ku sampaikan, namun takdir telah mengambil nya lebih dulu. Banyak hal yang ingin ku ulang bersama nya, namun dia telah pergi dan tak akan mungkin kembali. Terkadang, terbesit rasa ingin dan iri kepada mereka yang hidup nya nyaris sempurna.
****
“Nih, Gus, Ane bawain pecel lele.” ujar Alfa yang meletakkan sterofom dipangkuan Amir. Sore ini mereka sedang duduk di bawah pohon dekat gerbang perbatasan Ndalem.
Dahi Amir berkerut bingung. “Ente dapat dari mana?” tanya Amir. Pasal nya di kantin tidak menjual pecel lele. Tidak mungkin juga Alfa keluar pesantren hanya untuk membeli pecel lele. Di pondok mereka selalu makan apa ada nya. Mereka akan makan apapun yang disediakan oleh pihak Ndalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMILA
Teen FictionSelamat membaca cerita Gus Amir dan Ning Mila♥ Mila Arsyana Fahmi. Perempuan cantik dan manis yang baru berhijrah setelah meninggalnya sang ayah. Gadis yang menyetujui ajakan sang kakak tiri untuk tinggal di pesantren dan rela meninggalkan teman-te...