44. bahagianya menjadi Santri

1.1K 137 2
                                    

Assalamu'alaikum....bagaimana kabarnya hari ini???? Semoga sehat selalu dan tetap jaga kesehatan, yaaaa❤💕❤💕❤💕❤💕

Alhamdulillah bisa Up bab 44💜💜

Absen, yukk!!! Kalian dari kota mana aja?????💙

Kalian semua masih Daring kah?? Atau sudah tatap muka???💜💜💜

Jangan lupa Vote dan komen yang positif-positif, yaaa💜💙❤

Share ke seluruh kenalan kalian juga biar bisa baca AMILA💕💕💕

Oh iya!! Kalian juga bisa kasih saran quotes untuk cerita ini dan misalnya ada kesalahan penulisan juga bisa ingatkan aku, yaa, lewat DM intagram aku okta1648 atau langsung lewat akun Wattpad ku OktaViana545 bisa juga lewat Email ku okta86647@gmail.com bisa langsung cek di bio wattpad ajaa❤

Langsung aja, yukk!!!

SELAMAT MEMBACA❤💕❤💕❤💕

44. Bahagianya menjadi Santri

“Mau menjadi santri tidak wajib nyantren/mondok, karena mondok bukan suatu kewajiban. cukup berakhlak santun serta bertutur kata lembut nan sopan, itu sudah mencerminkan dirimu adalah seorang Santri.”

Nyai hj. Hannah Ema Umami—pengurus Pesantren Putri Darrul Furqon.

****
Suasana menjelang kelulusan sudah sangat terasa bagi seluruh santri. Perasaan bercampur aduk. Ada rasa senang karena perjuangan mereka mengabdi di pesantren akan berakhir juga ada rasa cemas jika nilai yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Penerimaan hasil belajar dan ijazah akan dilaksanakan besok pagi. Namun, hari ini ada beberapa keluarga santri yang sudah berdatangan ke pesantren. Penginapan untuk wali santri pun sudah disiapkan jauh-jauh hari.

“Ciee....yang sudah disambangi,” ujar Mila kepada Sayyidah. Orang tua teman nya itu sudah sampai beberapa jam lalu dan sekarang sedang berada dipenginapan wali.

Ndak kerasa, ya? Besok sudah penerimaan ijazah aja.” ujar Nafisa dengan raut lesu. Berat bagi mereka meninggalkan penjara suci ini.

Nabila mengangguk menyetujui. “Padahal Empat tahun lalu baru saja aku menjadi santri baru disini, dan setahun lalu kita kenal dan dekat seperti saudara.” tuturnya.

“Waktu berjalan secepat ini ternyata.” Ahla berkata lirih. “Setelah lulus kira-kira mau ngapain, ya? Pasti jalan kehidupan semakin terjal dan sulit.” seperti biasa, Ahla gadis yang selalu berbicara tentang masa depan.

“Pasti ada sebagian santri yang lulus langsung bekerja,” sahut Nabila. Seketika merasa bersyukur dengan keadaan ekonomi orang tua nya.

“Katanya kalian masih mau ngabdi?” tanya Mila sedih. Padahal baru setahun lalu mereka bersama-sama.

“Nabila sama Nafisa yang masih ngabdi, Ahla sana aku sepertinya memang selesai,” ujar Sayyidah.

“Kok gitu?”

“Mau pindah pesantren, Ning. Aku disini sudah empat tahun setengah,” ujar Ahla memberikan alasan nya.

“Kalau aku rencana mau lanjut kuliah di Kairo,” ujar Sayyidah.

“Semoga kalian berhasil, ya?” tutur Mila tulus.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang