22. Terima Kasih Masa lalu

1.8K 176 4
                                    

Bismillah
Selamat membaca

Jangan lupa Vote dan komen, ya!

Jam berapa kalian baca part ini?

Absen, yuk! Kalian dari kota mana aja??

Ajak teman kalian ikut baca juga, ya? Biar makin ramai❣

22. Terima Kasih Masa lalu

“Setiap hidup yang kamu lakukan adalah kisah dan pengalaman agar menjadikan diri mu lebih baik dari hari kemarin.”

Amiela

****
Sekali lagi gadis itu menatap cermin besar yang terpasang di dinding kamar nya. Memastikan tidak ada yang aneh dari penampilan nya. Gamis syar‘i berwarna putih di sertai renda-renda berwarna ungu muda. Jilbab pashmina dan juga cadar yang telah membalut kepala nya. Merasa telah sempurna, Mila berjalan menuju meja rias nya dan menatap satu persatu koleksi jam tangan milik nya. Tangan nya bergerak mengambil jam tangan nya yang baru dia beli ketika di Lampung.

Sejenak Mila memejamkan mata. Bismillah, aku akan mengikhlaskan nya, bisik Mila dalam batin nya. Mila langsung keluar dari kamar nya tanpa memakai parfum. Sebagaimana sabda Nabi SAW :

الْمَرْأَةُعَوْرَةُ، فَإِذَاخَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَاالشَيْطَانُ

“Wanita adalah aurot, jika ia keluar (dari rumahnya) maka syaitan pun mengintainya.” (HR. At-tirmidzi 1173)

Dan Nabi juga bersabda:

أَيُّمَاامْرَأَةِ اسْتَغْطَرَتْ، فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوارِيحَهَافَهِيَ زَانِيَةٌ

“Wanita mana saja yang memakai minyak wangi lalu melewati suatu kaum agar mereka mencium wangi nya maka ia adalah wanita pezina.” (HR. Ahmad no 19711, At-tirmidzi no 2786, dan An-nasa‘i no 5126 dari hadits Abu Musa Al-Asy‘ari).

Karena nya Islam melarang wanita keluar rumah dengan menggunakan minyak wangi yang tercium oleh para lelaki karena menjadikan para lelaki semakin tergoda terhadap nya dan bisa tergerak syahwat mereka. Hal ini tentu untuk menjaga kemuliaan sang wanita agar tidak menjadi korban dan santapan para lelaki dan untuk menghindari jalan-jalan yang mengantarkan kepada zina.

Setelah berpamitan dengan orang rumah, kedua sejoli berbeda jenis itu pun mulai berangkat. Mila duduk di kursi penumpang sementara Amir duduk berdampingan dengan Pak Yanto; supir pribadi Ustadzah Ema dan Laras.

Dalam perjalanan menuju gedung tempat diadakan resepsi, Mila hanya diam memandang jalanan yang tampak padat. Menekankan hati nya untuk ikhlas. Seperti nasihat sang Bunda sebelum berangkat tadi. Masih banyak lelaki yang lebih dari Dimas di dunia ini. Meskipun hati nya sekarang masih berharap, namun, perlahan Mila akan melupakan cowok itu dan segala kenangan nya.

Setelah menghabiskan beberapa menit perjalanan akhirnya mobil yang mengantarkan mereka telah sampai. Pak Yanto memarkirkan mobil berdampingan dengan yang lain. Amir keluar dari mobil dan menunggu Ning-nya yang masih di dalam. Cowok itu terlihat tampan dengan sarung hitam dan juga baju koko putih yang tertutup Jas nya. Juga peci hitam yang menutupi rambut nya.

“Ayo, Gus!” titah Mila pelan dan diangguki Amir. Cowok itu berusaha agar tidak menatap Mila yang terlihat berbeda.

Kedua nya berjalan memasuki hotel berbintang. Tidak ada acara pegang-pegangan tangan. Mereka hanya berjalan berdampingan dan sedikit berjarak. Suasana yang tadi nya bising menjadi senyap ketika Amir dan Mila masuk. Amir terlihat asing di tempat seperti ini. Banyak para wanita yang memakai pakaian terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Mila pun merasakan hal yang sama. Meskipun dulu ia pernah seperti mereka. Dada nya bergemuruh hebat. Kedua kaki nya melemas. Kepala nya mendongak menatap sang Gus. Namun, yang di tatap hanya memberikan senyum manis. Meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang