48. Kembali ke Penjara Suci

1.1K 132 5
                                    

Assalamu'alaikum....bagaimana kabar hari ini?????? Tetap jaga kesehatan, yaaa❤💕❤💕

Alhamdulillah bisa Up bab 48💜

Jangan lupa Vote dan komen, ya!

Jam berapa kalian baca bab ini?

Absen, yuk! Kalian dari kota mana aja??

Ajak teman kalian ikut baca juga, ya? Biar makin ramai❣

SELAMAT MEMBACAA❤💕❤💕

48. Kembali ke Penjara Suci

“Ketika kamu diberi dua pilihan, antara mencintai atau dicintai, mana yang akan kamu pilih?”

Amir Mahendra Al-‘arafi

“Sampai saat ini, bahkan aku tak tahu siapa pemilik kunci hati ku. Karena yang aku tau adalah aku mencintai mu tanpa perlu kamu lihat.”

Mila Arsyana Fahmi

****
Ahad pagi yang cerah, Ning Mila, Ning Zahra serta Zafi yang duduk di sepeda kecil berjalan mengelilingi kompleks Darrul Furqon. Sinar mentari pagi menerpa wajah Mila membuat badan nya menghangat. Kedua perempuan itu tersenyum hangat ketika ada beberapa tetangga yang menyapa mereka. Apalagi di hari Ahad pagi seperti ini, mereka terkadang bekerja bakti membersihkan jalanan sembari bercengkerama dengan orang-orang. Zafi juga nampak senang dan antusias di atas sepeda nya yang tengah di dorong Zahra.

Monggo, bu.” ujar Ning Zahra sopan membuat Ning Mila mengikuti nya juga.

“Oh, iya, Ning, monggo.” ibu-ibu berjilbab orange itu menjawab. “Gus e kok anteng, yo?

Zahra menatap putra nya yang tengah memencet-mencet tombol musik di sepeda nya. “Iya, bu,”

Aku tak belonjo disek, Ning.” ujar Ibu-ibu itu.

Nggeh, bu.”

“Orang-orang disini memang terbiasa seperti itu, ya, kak?” tanya Ning Mila. Menatap para warga yang berlalu lalang di kompleks ini. Daerah Darrul Furqon memang sangat luas. Meski warga nya tak semua berjilbab.

“Iya, ramah-ramah orang nya.” balas Zahra. Mila mengangguk paham. Meski sudah hampir setahun setengah dia di sini. Tapi Mila belum terlalu paham semua nya karena jarang keluar wilayah pondok.

Netra Mila menatap gedung besar berlantai empat yang dia lewati bersama kakak nya pagi ini. Palang Universitas Yayasan Darrul Furqon terpampang jelas disana. Ada juga ukiran bertuliskan sama di dinding depan. Mila semakin percaya kalau Darrul Furqon memang pesantren yang sangat ternama. Banyak calon mahasiswa dan mahasiswi yang datang untuk mendaftar secara ofline.

“Aku jadi takut kegeser,” gumam Ning Mila mendadak merasa insecure. Apalagi melihat muka-muka calon mahasiswa yang terlihat pintar-pintar.

Zahra yang mendengarnya pun tertawa. “Itu tidak akan terjadi, kamu melihat dari cover nya, sih.” ujar Zahra. Lalu menunjuk ke kiri jalan. “Itu parkiran khusus untuk orang yang masuk ke perpustakaan Darrul Furqon, ramai kan?”

“Iya, ramai.” ujar Mila setuju karena dapat dilihat ada banyak motor dan mobil di lahan seperti lapangan itu.

“Bukan hanya untuk pengunjung, tapi untuk mahasiswa yang non-mondok juga parkir disana.” beritahu Zahra.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang