4. Meminta untuk kembali

3.3K 242 5
                                    

Assalamu‘alaikum....

Alhamdulillah bisa publish bab 4❤

Jangan lupa Vote dan komen positif, ya!!! Kasih saran quotes juga bolehhh bangetttt😊

Langsung saja,

SELAMAT MEMBACA❤💕❤💕❤💕

4. Meminta untuk kembali

“Jika kamu menemukan keburukan diriku ketika aku berhijrah, tolong ingatkan aku. Karena istiqomah itu berat, yang ringan itu istirahat.”

Mila Arsyana Fahmi

****
Hidup tidak selalu berada di atas juga tidak selalu berada dibawah. Roda kehidupan selalu berputar. Semua yang ada di semesta ini ada yang mengatur. Jadi, jangan pernah menghakimi dan mengumbar kesalahan orang lain. Dulu Mila pernah berada di atas. Dulu dia bahagia. Bahkan sangat. Ada Ayah, tempat untuk nya mengadu dan bermanja. Dan juga ada Bunda, tempat nya bercerita. Namun sekarang semua nya telah sirna.

Mila tidak pernah berfikir Allah tidak adil pada nya. Mila justru menganggap ini adalah waktu dimana dia harus menemukan kebahagiaan nya. Dulu, Mila sering keluar masuk tempat yang diharamkan dalam agama. Dulu, Mila tidak peduli dengan dosa. Dulu, Mila selalu memperlihatkan aurat nya. Namun sekarang Mila sadar. Jika seorang perempuan adalah bidadari dunia yang wajib menutup aurat.

Sekarang Mila juga lebih bersyukur. Meskipun kini teman nya tidak sebanyak dulu, tapi setidak nya masih ada yang bersama nya. Dulu, Mila selalu berusaha untuk tampil sempurna didepan orang-orang. Terutama untuk memikat para ikhwan. Tapi sekarang Mila lebih tampil apa ada nya.

Semalam Mila sempat berpikir tentang wanita bercadar. Mila ingin memakai nya. Namun hati nya masih ragu. Dia masih selalu berpikir cadar tidak pantas untuk nya yang masih munafik.

“Bagaimana pendapat kalian tentang wanita bercadar?” tanya Mila kepada kedua teman nya. Saat ini mereka tengah berjalan menuju asrama.

“Ya, gimana, Ning. Bagus, sih, kalau menurut Ana. Perempuan itu selalu cantik dengan jilbab nya, tapi juga lebih cantik kalau aurat nya tertutup dengan sempurna. Misalnya, dengan bercadar.” balas Aulia.

Ana setuju sama lia.” sahut Sayyidah.

Mila mengangguk. Benar-benar harus memantapkan hati sebelum ingin memantaskan diri untuk memakai niqab. “Terima kasih, Saya langsung ke Ndalem dulu, ya? Nanti ba‘dal maghrib tunggu saya disini, ya.” pamit Mila yang diangguki kedua teman nya. “Assalamu‘alaikum.” ucap nya sebelum pergi. Mila sudah puas menghabiskan waktu murojaah bersama teman nya.

“Wa‘alaikumussalam warohmatullah.”

Setelah sidang nya dengan Faiza selesai, Ustadzah Ema memutuskan untuk menyuruh Mila tidur di Ndalem. Bukan di Asrama lagi. Keputusan itu dibuat dan disetujui oleh Kakak dan Bunda nya. Mila menurut saja. Toh, keputusan ini tidak merugikan siapapun. Mila hanya akan tidur di Asrama malam ahad saja.

****

Malam ini setelah selesai sholat isya’ berjamaah, Mila kembali ke Ndalem. Dia menemui Zahra yang berada di kamar nya. Mila mengetuk pintu lalu memasuki kamar kakak nya.

“Kak, sendirian aja, nih?” tanya Mila.

Zahra yang sedang membaca buku tentang persalinan pun menghentikan kegiatan nya dan menatap adik nya seraya tersenyum. “Iya, nih. Mas Hafi ada undangan kajian diluar. Kaya nya pulang nanti malam, deh.” balas Zahra.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang