Bismillah
Selamat membacaJangan lupa vote komen!
Tandai typo!9. First meet
“Untuk pertama kali nya, saya memegang tangan wanita, kecuali ibu saya sendiri.”
Amir Mahendra Al ‘arafi
*****
Mila membolak-balik kitab Tafsir dihadapan nya. Pagi ini dia libur untuk persiapan tes kenaikan kelas besok pagi. Sekarang Mila sedang belajar Tafsir dan Matematika. Sebenarnya ada kisi-kisi soal yang diberikan para guru mapel. Tapi Mila tidak bisa bergantung kepada kisi-kisi itu saja. Karena tes kenaikan kali ini soal nya diambil dari pusat, bukan guru mapel nya. Dan belum tentu semua soal sama dengan kisi-kisi yang diberikan.Mila menguap beberapa kali. Ini masih jam delapan pagi kenapa rasa nya mengantuk sekali. Mila terkadang heran dengan mata nya. Ketika membaca novel saja dia kuat, bahkan jarang menguap. Tapi ketika mata nya diajak belajar seperti ada lem yang ingin melekatkan mata nya itu. Apalagi ketika menatap ranjang, ranjang itu seolah memanggil nya untuk segera berbaring.
Mila menguap sekali lagi, lalu dia menutup buku nya. Mila beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu sekaligus sholat dhuha. Seusai wudhu Mila mengambil sajadah dan menggelarnya menghadap kiblat. Mila memakai mukena nya. Setelah rapi Mila segera menunaikan sholat sunnah nya.
Seusai mengucap salam, Mila berdoa. Doa Mila sangat singkat, dia hanya ingin keluarga nya dan dia masuk ke jannah-Nya. Itu saja, karena Mila yakin Allah maha tahu bahkan sebelum dia berkata.
Setelah merapikan alat sholat nya dan meletakkan ditempat semula, Mila mengambil niqob dan jilbab nya. Dia ingin membuat kopi untuk menghilangkan kantuk nya. Dengan segera, Mila turun ke bawah. Dia berhenti di anak tangga paling atas. Ndalem sepi sekali. Para petugas nya mungkin sedang belajar persiapan tes nya.
Mila melanjutkan langkah nya menuju dapur Ndalem. Disana dia melihat Ustadzah Ema sedang meletakkan bolu ke piring.
“Ada tamu, ya, Mi?”
Ustadzah Ema menoleh kaget. “Kamu ini ngagetin, aja.” Mila cengengesan.
“Maaf, Umi.” ucap Mila. “Siapa, Mi?” tanya Mila, lagi.
“Kakak nya Gus Hafi,” balas Ustadzah Ema yang telah selesai dengan kegiatan nya. “Kamu mau ngapain ke dapur?”
“Mau buat kopi, Mi. Masih belajar tapi ngantuk banget.” keluh Mila.
Ustadzah Ema mengangguk sambil tertawa pelan. “Ya sudah, Umi ke depan dulu, ya?” ujar Ustadzah Ema yang di angguki Mila.
Setelah Ustadzah Ema pergi, Mila segera menakar kopi dan memasukkan ke dalam cangkir. Lalu dia hendak mengambil gula yang tersedia di samping meja kompor. Tangan Mila hendak membuka tutup toples gula itu, namun bersamaan dengan tangan nya, ada tangan lain yang hendak membuka tutup itu juga. Jadi posisi tangan Mila dibawah tangan orang itu.
Mila terkejut. Dia mendongak menatap si Pelaku yang ternyata juga menatap nya. Beberapa detik bertatapan, Mereka akhirnya tersadar. Dengan segera Mila menarik tangan nya.
Mereka sama-sama memalingkan muka. Astaghfirullah! Gumam mereka berdua.
“Afwan, Akhi,” ujar Mila, menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMILA
Teen FictionSelamat membaca cerita Gus Amir dan Ning Mila♥ Mila Arsyana Fahmi. Perempuan cantik dan manis yang baru berhijrah setelah meninggalnya sang ayah. Gadis yang menyetujui ajakan sang kakak tiri untuk tinggal di pesantren dan rela meninggalkan teman-te...