3. Sidang

3.6K 283 2
                                    

Assalamu‘alaikum teman-teman👋

Alhamdulillah bisa Up bab 3 Amila♥♥

Jangan lupa Vote!!!!

Isi setiap paragraf dengan komentar positif kalian

SELAMAT MEMBACA❤💕❤💕❤💕.

3. Sidang

“Kebahagiaan itu ada di setiap hati manusia. Dan kebahagiaan adalah milik mereka yang pandai bersyukur.”

Amila

****
Ruangan ndalem masih nampak tegang. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara nya. Semua orang nampak menunduk, menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Ustadzah Ema. Mila sendiri pun tak berani mendongakkan kepala nya. Ia hanya mampu tertunduk dalam.

Ustadzah Ema berdehem untuk menetralkan suara nya. Lalu beliau bertanya. “Saya dengar tadi sempat ada keributan yang diciptakan oleh kalian berdua, benar?”

“I-iya, Umi.” balas Mila sedikit terbata.

“Kenapa kalian ribut?”

Semua terdiam. Mila belum berani membuka suara untuk jujur.

“Kenapa?” tanya Ustadzah ema sekali lagi.

“Ning Mila yang memulai, Umi.” tunjuk Faiza kepada Mila.

“Umi tidak bertanya siapa yang memulai dulu, Umi hanya bertanya alasan kalian ribut.” ujar Ustadzah Ema, tenang. Tapi dapat dirasakan hawa panas disini.

“Ning Mila, tolong jelaskan dengan detail.” perintah Zahra penuh tekanan membuat Mila mengangguk.

“Saya tidak tahu awal kejadian nya, yang saya tahu Ukhti Faiza tiba-tiba nyenggol saya sampai jatuh dan mulai ribut,” jelas Mila. Zahra mengangguk. Dari awal Zahra tahu kalau Faiza memang tidak suka dengan adiknya.

“Itu tidak benar, Umi.” bantah Faiza ketika Mila hendak kembali bicara. “Saya tidak nyenggol, Ning Mila.”

Mila menghembuskan napas Lelah nya. Bermasalah dengan orang bermuka dua memang menyusahkan. “Saksi nya banyak padahal.” ujar nya santai.

“Dek..” tegur Laras.

“Ning Mila nampar saya, Umi.” Faiza mengadu.

“Kalau kamu menjaga omongan, saya tidak akan nampar kamu.” ujar Mila dengan menatap Faiza berani. Sekali-kali gadis seperti Faiza memang harus dikerasi.

“Memang Ukhti Faiza ngomong apa sampai membuat kamu menamparnya?” tanya Zahra.

“Tidak apa-apa, kak. Cuma sedikit nyeplos saja dia tadi, mungkin karena saking gabutnya.” jawab Mila dengan sedikit candaan.

“Kalau hanya nyeplos kenapa sampai menampar?”

Nyeplosnya kelewatan, sih. Mila menggeleng. “Tangan Aku terlalu menggabut jadi tidak sengaja ketampar,” ujar Mila santai dan tenang.

“Kamu itu ngomong opo tho, dek? Ini sedang serius.” tegur Laras yang melihat candaan di mata Mila.

“Segabut nya orang tidak akan sampai menampar, jangan berbohong sama kami,” ucap Zahra sedikit jengah dengan elakan-elakan Mila.

“Ning Mila memang menampar Ukhti Faiza, Umi, kami melihatnya sendiri.” Monika yang ikut menemani Faiza tersidang pun angkat bicara.

“Teman nya, maka nya dibela.” sindir Mila pelan.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang