Bismillah
Selamat membaca♥Jangan lupa vote & komen!
13. Terbalas
“Jika kemarin aku masih ragu, maka sekarang tidak lagi. Karena aku sudah tahu, kalau kamu tidak hanya membalas surat ku tetapi juga perasaan ku.”
Amir Mahendra Al ‘arafi
****
Mila melipat surat yang baru saja ditulis nya. Lalu Mila menyelipkan surat itu ke dalam kitab shorof milik Amir. Sekarang Mila paham dengan maksud cowok itu memberikan kitab kepada nya. Itu karena kitab itu yang akan menjadi perantara kirim-mengirim surat. Ide Amir benar-benar luar biasa.Mila merapikan beberapa kertas surat yang diberikan Amir dan memasukkan nya ke dalam peti kecil. Peti itu dia dapat di kamar Ustadzah Ema dan dia langsung meng-klaim peti itu milik nya. Mila menyukai ukiran kayu peti itu. Ustadzah Ema pun tidak keberatan karena peti itu sudah lama kosong. Dulu nya sebagai tempat tasbih-tasbih, tapi semenjak kamar nya di renovasi semua tasbih itu digantung dan beberapa diletakkan di Masjid.
Mila menyimpan peti kecil itu di Lemari nya. Sementara kunci nya dia letakkan dibelakang pintu kamar. Mila yakin seratus persen tidak akan ada orang yang tahu. Setelah beres, Mila berjalan keluar kamar dengan menenteng kitab milik Amir. Tujuan nya kali ini adalah ke pos satpam agar kitab itu diberikan kepada Amir.
“Mau kemana, dek?” tanya Zahra ketika melihat Mila akan berjalan keluar.
Mila pun sontak menghentikan langkah nya dan memutar tubuh nya menghadap Zahra. “Nganterin buku, kak.” balas Mila.
Zahra mengangguk tanpa curiga. “Ohh, ya sudah.”
Mila kembali melanjutkan langkah nya kelewat santai. Untung saja Zahra tidak menanyai nya macam-macam. Bisa habis riwayat nya kalau Zahra tahu yang sebenar nya. Kalau Zahra-nya sih Mila tidak terlalu takut. Paling kakak nya cuma mengejek nya habis-habisan. Tapi kalau kedua ibu nya tahu, uhhh, jangan tanya! Bisa meninggal di tempat Mila! Karena Ustadzah Ema dan Laras itu pasti akan menanyai nya ini-itu.
Sesampai nya di pos satpam Darrul Furqon, Mila mencari Pak Bambang. Karena beliau lah yang bertugas mengirimkan sesuatu yang dititipkan para santri atau orang tua santri.
Mila melihat Pak Bambang sedang duduk di bangku menikmati sore hari sambil menyeduh kopi hitam nya. Mila menghampiri beliau. “Assalamu‘alaikum, pak!” ucap Mila ceria.
Pak Bambang berdiri dari duduk nya dan membalas salam Mila. “Wa‘alaikumussalam, eh, Ning Mila? Ada apa, Ning? Ceria banget seperti nya?”
Mila cengengesan. “Ah! Masa sih, pak? Biasa nya saya juga kaya gini,”
“Iya, ngomong-ngomong ada apa, nih, Ning? Tumben mampir ke sini?” tanya Pak Bambang.
“Ini pak, mau minta tolong ngirim kitab ini,” Mila menyodorkan kitab shorof nya. “tolong berikan ke Akhi Amir Mahendra Al ‘arafi, ya, pak!”
Pak Bambang menerima dengan senang hati. “Siap, Ning! Tenang saja! Pasti beres kalau sama saya, mah!”
“Sip, pak!”
“Eh, tapi, Ning, ngomong-ngomong, tadi Gus Amir juga nitip ke saya untuk Ning Mila, sekarang malah kebalikan nya. Jangan-jangan ada sesuatu, nih, Ning?” tanya Pak Bambang dengan nada menggoda Mila.
Mila tersipu. “Bapak apaan, sih. Itu cuma pinjam kitab, doang. Yasudah, deh, pak! Saya mau ke Ndalem dulu.” Mila langsung ngacir pergi sampai lupa mengucap salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMILA
Teen FictionSelamat membaca cerita Gus Amir dan Ning Mila♥ Mila Arsyana Fahmi. Perempuan cantik dan manis yang baru berhijrah setelah meninggalnya sang ayah. Gadis yang menyetujui ajakan sang kakak tiri untuk tinggal di pesantren dan rela meninggalkan teman-te...