23. Malam Milad

1.9K 178 6
                                    

Bismillah
Selamat membaca💟

Jangan lupa Vote dan Komen, ya!

Jadi, emoji apa dari kalian ketika Amila Up?????

Absen, yuk! Kalian dari kota mana aja??

Ajak teman kalian ikut baca juga, ya? Biar makin ramai❣

Btw, aku lagi gak enak badan nih, jadi mohon maaf kalau bab ini agak gimana gitu yaa..... tapi Insya Allah bab ini memuaskan kok😊

SELAMAT MEMBACA❤❤❤❤❤

23. Malam Milad

“Tidak perlu suatu hal yang mewah. Sederhana, Namun berkesan. Itu akan membuat hati lebih bahagia dan bersyukur.”

Amiela

****
Suasana begitu riuh. Semua orang nampak sibuk berlalu lalang ikut membantu persiapan acara Miladiyah sang Ning. Para santri putra ikut membantu mendirikan tratak dan membersihkan halaman rumah sang Kyai. Begitu pun Santri putri yang tak kalah sibuk nya. Mereka terbagi menjadi dua tugas yaitu; membersihkan ruang tamu dan ruang tengan Ndalem dan ikut menyiapkan sajian.

Gadis yang akan memperingati Hari Milad nya yang ke tujuh belas tahun itu memperhatikan orang-orang yang tampak sibuk dengan tugas nya masing-masing. Mila menghela napas nya. Merasa semua ini terlalu mewah. Padahal dia sudah mengatakan kepada kedua ibu nya dan kakak nya untuk tidak berlebihan. Cukup doa bersama itu sudah sangat berarti bagi nya.

“Kak, ini tidak terlalu berlebihan, ya?” keluh Mila yang kesekian kepada Kakak nya yang duduk di kursi makan seraya merajang wortel untuk nasi tumpeng.

Zahra yang sedang memotong-motong wortel pun mendengus sebal mendengar penuturan adik nya yang entah keberapa kali nya. “Tidak, dek. Kalau manggil teman-teman kamu doang, kan, ya, enggak adil, dong.” balas Zahra memberitahu alasan nya. Dari awal Mila memang ingin doa bersama dan hanya mengundang teman satu kamar Asrama nya saja. Namun, ketika Zahra berpikir lagi dan mendiskusikan nya dengan keluarga, ia pikir santri lain pun ingin turut mendoakan juga.

“Sudah kamu tenang, saja, Mil. Ikuti rencana kami satu malam penuh ini.” sahut Hafi yang baru datang setelah ikut membantu mereka. Ia mencium kening istri nya mesra. Zahra pun tersenyum manis. “Yang di luar sudah selesai?” tanya Zahra.

“Iya, tinggal ambil kursi nya di Aula nanti.” Rencana nya, Hafi mengundang para Ustadz dan vokalis inti untuk ikut memimpin acara pada pukul dua belas lebih semenit malam nanti. Sementara para santri akan hadir di halaman Ndalem yang telah di batasi oleh kain putih.

Mila pamit kepada kakak nya untuk ke kamar nya. Mila lupa mengganti sprei yang ternodai darah haid nya semalam. Setelah mengambil sprei bergambar luar angkasa di lemari. Mila melorotkan sprei yang kotor dan mengganti dengan yang baru. Dia memasuki kamar mandi di dalam kamar nya dan mencuci sendiri sprei nya. Mila tidak mau merepotkan orang ataupun petugas Ndalem hanya untuk mencucikan pakaian nya. Ia lebih suka melakukan semua nya sendiri. Setelah selesai, Mila menjemur nya di besi pembatas balkon kamar nya. Tak lupa ia jepit menggunakan penjepit pakaian agar tidak kabur. Langkah nya menuju lemari untuk mengambil gamis putih dan jilbab segi empat serta cadar untuk di setrika.

Tepat pukul sebelas siang Mila telah selesai membereskan kamar nya. Ia turun ke lantai pertama untuk makan siang. Namun, betapa kagum nya Mila ketika melihat rumah yang begitu bersih. Ruang tamu yang harus nya ada sofa telah di rubah di gelari karpet berwarna merah yang sangat kontras dengan lantai dan dinding Ndalem yang putih bersih.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang