30. Teman

1.6K 170 14
                                    

Assalamu‘alaikum teman-teman...apa kabar kalian hari ini???

Alhamdulillah bisa Up bab 30❤️❤️

Absen yuk!! Username siapa saja yang hadir baca bab 30?????

Emoji kalian ketika AMILA Up????

Btw, kalian masih daring atau sudah luring sekolah nya?????

Semangat yaaa semuaaa❤️❤️❤️

SELAMAT MEMBACAAA💜💜💜

30. Teman

“Letakkan sedikit perasaan mu pada akal mu, agar dia lembut. Dan letakkan sedikit akal mu pada perasaan mu agar dia lurus.”

Amila

****
Empat hari telah berlalu sejak kembali nya Gus Amir menempuh ilmu di Pondok pesantren Darrul Furqon. Gus Amir melewati perjalanan nya seperti biasa. Tangan yang terbalut perban pun telah terbuka perban nya lantaran luka yang sudah mengering sepenuhnya. Hari-hari nya pun berjalan lancar, meski di awal-awal ia sedikit tak nyaman dengan tindakan teman-teman nya yang bertanya ini dan itu pada nya. Namun, itu semua bisa di atasi karena ada Alfa yang berusaha menghentikan tindakan teman-teman nya yang membuat sang gus tak nyaman.

Hari ini Amir dan teman sekamar nya baru selesai berdiskusi membahas baju couple yang akan mereka pakai di puncak acara. Harlah pesantren yang akan di laksanakan dua hari lagi membuat mereka begitu sibuk.

“Woy, ayo kita ke Aula!” interuksi Rizal kepada teman-teman nya. Sebagai pemimpin, dia tidak mau jika nanti mereka dihukum hanya karena terlambat ke Aula. Mereka pun bergegas ke tempat di mana pengarahan santri di laksanakan.

“Cari tempat duduk kelas kalian, ya!” ujar Ustadz Bisri ketika mereka hendak memasuki Aula. Aula Darrul Furqon memang sudah di atur penempatan duduk nya agar para santri tidak gaduh mencari tempat.

Amir menghela napas nya. Lagi-lagi ia harus duduk di paling tepi. Hal itu membuat sebagian para santri putri memandang nya sambil berbisik-bisik dengan teman nya.

Lain hal dengan Mila yang sekarang sedang cek-cok dengan Nabila perkara tempat duduk. Nabila terus meminta nya duduk di kursi paling tepi. “Apasih, Bil? Memangnya kenapa saya harus duduk di situ?” tanya Mila menahan kesal terhadap teman nya.

“Ayo, dong, Ning. Kalau nggak mau saya adukan ke Gus Amir, nih, ya!” ancam Nabila, membuat Mila mendengus.

“Silahkan!” bantah Mila kesal. Mila pikir Nabila tidak akan berani dengan Amir.

“Oke.” lantas Nabila berbalik membelakangi Mila dan menghadap lelaki berkulit putih yang menatap depan dengan raut datar andalan nya. Mila mengawasi gerak-gerik teman nya dengan tajam. “Gus!” panggil Nabila kepada lelaki itu membuat nya menoleh.

Amir mengangkat sebelah alis nya.

“Ning Mila, tuh, nakal.” ujar Nabila seperti tengah mengadu. Mila yang mendengar nya pun melebarkan mata nya seraya meremas khimar panjang nya. Ia menggeleng pelan.

“Kenapa?” tanya Amir akhirnya. Meski ia tidak tahu alasan pasti Nabila mengadukan hal yang tidak begitu penting pada nya.

Mila merapatkan tubuhnya kepada Nabila. Membuat Nabila tersenyum dan terkekeh geli. Semua itu tak luput dari pandangan Amir. “Jangan ngadi-ngadi, Bil.” bisik Mila. Namun, Nabila hanya mengendikkan bahu nya.

AMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang