二十二 | Menikah dengan Lelaki Tunanetra

2.6K 589 27
                                    

16 Juni 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 Juni 2019

"Aira..."

Aku langsung tersenyum pada wanita yang menegurku dengan suara lirih barusan. Wanita itu sedang terbaring di atas ranjang, tetapi tatapannya menjurus padaku. Masih dengan seutas senyum di bibir, aku mendekati wanita itu. Kucium tangan kirinya yang bebas dari jarum infus, lalu duduk di kursi di sebelah ranjangnya. Bunyi decitan terdengar sesaat kemudian..

"Tante gimana? Sudah sehat?" tanyaku pada wanita ini.

Beliau tersenyum padaku. "Lumayan. Udah gak sesakit kemarin."

"Operasinya lancar, ya, Tante? Aira dengan kemarin lusa operasinya," tanyaku kembali, yang langsung dibalas oleh kedipan mata. Gestur mengiyakan.

"Iya, kemarin lusa. Alhamdulillah lancar." balasnya pelan.

Aku langsung bersyukur, senang karena operasi wanita ini lancar sehingga dapat mengangkat penyakitnya. Aku sempat dengar dari Elina kalau tante Sabina, nama wanita ini, menjalani pembedahan untuk mengangkat tumor jinak yang tumbuh di pinggangnya. Operasinya kemarin lusa, di rumah sakit ini, rumah sakit tempatku bekerja. Aku sebenarnya sudah tahu sejak kemarin lusa, tetapi baru bisa menjenguknya hari ini.

Omong-omong, tante Sabina adalah ibu dari kak Andre. Sosok mantan terindah yang kini sedang ambil spesialis di negara orang.

Aku lantas menyodorkan bingkisan yang di dalamnya berisi roti dan buah-buahan. Tidak menyodorkan secara langsung, lebih tepatnya mengangkat bingkisan ini agar tante Sabina tahu.

"Ini Aira bawakan bolu gulung kejunya Holland sama jeruk mini kesukaan tante," ujarku padanya.

Tante Sabina menarik bibirnya, membentuk kurva kecil yang masih terlihat menawan. "Terima kasih, Aira. Tante jadi terharu. Kamu masih ingat makanan kesukaan tante," katanya, terdengar begitu haru.

Bagaimana akan lupa? Semua hal tentang kak Andre dan yang menyangkut keluarganya tidak bisa kulupakan. Tidak sekalipun setelah berpisah empat tahun lamanya.

"Aira dulu kalau main ke rumah tante kan bawa roti keju ini. Mana lupa?" tanyaku retoris, kemudian tertawa. Tante Sabina masih tersenyum, tetapi tangannya menyentuh tanganku. Rasa hangat dari telapak tangannya langsung menjalar di punggung tanganku.

"Jadi kangen masa-masa itu. Tante pengen kamu ke rumah lagi. Meskipun udah gak sama Andre, sekali-kali kunjungi tante di rumah," tuturnya setengah meminta.

"Kalau Aira gak sibuk, Aira usahakan ke rumah tante, ya? Aira temenin tante kayak dulu lagi," jawabku, yang dibalas anggukan oleh tante Sabina.

Atensiku langsung beralih ke bingkisan ini setelah tante menarik tangannya. Aku berinisiatif menaruhnya di atas nakas, tetapi nakasnya penuh dengan peralatan makan dan minum, botol, dan lain sebagainya. Alhasil bingkisan ini kutaruh di dalam laci. Aku pun kembali ke tempat semula.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang