五十七 | Maaf untuk Kesekian Kali

1.2K 345 88
                                    

Tahanin ya sebentar lagi kelar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahanin ya sebentar lagi kelar

Deru mobil terdengar saat aku baru mengubah saluran televisi. Spontan diri ini berdiri dari sofa, dan berlari kecil menuju ruang tamu yang gelap. Sedikit kusibak tirai jendela untuk mengintip siapa yang datang. Dadaku mendadak lega mendapati mas Bintang datang. Tanpa membukakan pintu, aku berlari kembali ke ruang tengah. Mematikan televisi, lalu bergegas ke kamar. Aku melangkah cepat ke ranjang, dan membungkus diri dengan selimut. Kemudian, pura-pura tidur.

Sebenarnya tadi, aku tengah menunggu menunggu mas Bintang pulang. Seperti yang sudah kukatakan, aku tidak bisa tidur tanpanya. Aku rela menunggunya pulang dari Rani hingga malam semakin larut. Meski kesal kesal dengan mas Bintang terkait kejadian tadi saat makan siang, aku butuh pelukan lelaki itu.

Ceklek

Pintu tiba-tiba terbuka. Sedikit kuintip, ternyata yang buka mas Bintang. Lelaki itu datang dengan baju yang berbeda, dan membawa tas besar. Tidak tahu apa isinya, tetapi ia terlihat sebagai pria yang habis diusir istrinya. 

Oh, sepertinya tidak mungkin diusir. Rani cinta mati dengan mas Bintang, 'kan? Adanya dia yang angkat kaki dari rumahnya Rani.

Dari pergerakannya, terdengar mas Bintang melangkah ke arah meja. Ia sepertinya tengah menaruh tasnya di sana. Tak berselang lama, terdengar suara khas kantung plastik. Disusul samar-samar bebauan yang enak. Kurasa itu makanan.

Aduh. Sensorku aktif kalau soal makanan.

"Aya, mas pulang. Bawa makanan," ujarnya lembut.

Aku tidak akan terpengaruh, ya, Mas.

"Udah tidur nyenyak, ya? Udah mimpi indah juga, ya?"

Apanya mimpi indah?

"Padahal mas bawa steak buat kamu. Sebagai permintaan maaf mas,"

Astaghfirullah. Makanan mahal!

Harga diriku cuma dua ratus ribu kalau bangun dan berbicara dengannya!

Tidak. Tidak akan.

Ranjang yang kutempati tiba-tiba bergerak. Sepertinya mas Bintang naik ke atas ranjang dan bergabung denganku. Benar saja, aku merasakan lengan kekarnya melingkari perut. Tidak hanya melingkar dengan posesif, ia juga memasukkan tangannya ke dalam kaus. Mas Bintang mengusap perutku yang mulai membuncit.

"Ai, bangun. Mas udah pulang," ucapnya di dekat kupingku.

"Sayang, bangun, yuk!"

Dek, ayahmu ini kenapa, sih? Maksa banget jadi orang?

Aku akhirnya membuka mata, tetapi tidak berbicara. Aku menunggu mas Bintang bicara lagi, baru kusahuti dirinya. Dalam diam, sebenarnya aku menikmati sentuhan tangan mas Bintang. Damai begitu rasanya.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang