Dia pura-pura buta, tetapi hatinya memang buta.
*
Aira Sarasvati (25) merupakan seorang dokter umum di rumah sakit swasta di Malang. Ia menikah dengan Adi Bintang Fatahilah, seorang tunanetra yang berusia tiga tahun di atasnya. Pernikahan mereka ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang ini ada seorang remaja datang ke IGD bersama temannya. Berdasarkan hasil anamnesis, remaja tersebut mengeluh badannya panas, badannya terasa nyeri terutama bagian kepala, terkena diare dan beberapa kali muntah. Wajahnya pucat dan matanya terlihat cekung. Remaja itu kini terbaring lemas di atas ranjang IGD sambil menunggu diperiksa lebih lanjut.
Aku yang kedapatan menanganinya kali ini, tengah menyiapkan alat medis untuk memeriksa fisiknya. Dibantu salah satu perawat, aku mulai memeriksanya. Pertama yang kulakukan, mengukur suhu tubuh dengan termometer inframerah. Hasilnya didapatkan suhu tubuhnya cukup panas, hampir mendekati tiga puluh sembilan derajat celcius. Kemudian dilanjut menggunakan tensimeter. Hasilnya tekanan darahnya terbilang rendah. Begitu pemeriksaan suhu dan tekanan darah selesai, aku pun memeriksa denyut nadinya. Denyut nadinya cukup lemah.
Usai memeriksa fisik remaja tersebut, aku mengisi beberapa keterangan di dalam rekam medis yang dibawa perawat barusan. Aku mulai bisa mendiagnosis penyakit yang diderita remaja tersebut dari hasil pemeriksaan. Diagnosis ini kemungkinan sama seperti kebanyakan kasus pada umumnya.
"Demamnya sudah tiga harian. Diare, mual dan muntahnya baru dua hari," aku menyebutkan keluhannya tadi padanya.
"Tekanan darahnya rendah, ya, sembilan puluh per enam puluh. Terus suhu tubuhnya lumayan tinggi, tiga puluh delapan koma lima celsius," aku pun menyebutkan hasil pemeriksaan fisiknya.
Begitu selesai mencatat hasil pemeriksaan, aku mengambil selembar kertas resep di belakang kertas ini. Kutaruh di atasnya agar dapat menuliskan resep obat untuknya nanti. Perhatianku lantas tertuju pada gadis yang masih terbaring di ranjang IGD.
"Kurang istirahat dan stres bisa menyebabkan kelelahan," ujarku. "Jangan banyak stres, ya. Perbanyak istirahat dulu. Kamu kelelahan dan kemungkinan stres sehingga kondisinya drop. Selain itu, kamu terkena infeksi pencernaan. Infeksi tersebut bisa disebabkan oleh makanan atau minuman yang diolah kurang matang, makanan tercemar dan kurangnya kebersihan saat mengonsumsi makanan."
Anak remaja di depanku, tersenyum lirih sambil mengangguk. Aku ikut tersenyum karena gadis itu tampaknya mengerti penjelasanku.
Memang kebanyakan kasus yang kutangani sering berkaitan. Misalnya saja yang terjadi saat ini. Kelelahan dan stres dapat menurunkan daya tahan tubuh atau imunitas sehingga dapat menyebabkan kondisi drop. Akibat imunitas yang rendah, dapat menyebabkan tubuh rentan terkena penyakit. Salah satunya penyakit pencernaan. Biasanya imun akan menghalau segala jenis patogen yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman. Namun, ketika daya tahan tubuh lemah, patogen tersebut dapat menyerang tubuh sehingga menyebabkan infeksi pada sistem pencernaan atau sistem tubuh lainnya.
Patogen yang terdapat pada makanan atau minuman biasanya berasal dari bahan yang diolah tidak benar-benar matang. Dalam kondisi tersebut, sebagian patogen tidak mati. Apabila dikonsumsi, patogen tersebut masih bisa menimbulkan penyakit. Selain itu, makanan yang tidak ditutup dapat dicemari oleh patogen dari hewan atau udara. Kurangnya kebersihan seperti mencuci tangan sebelum makan dengan sabun atau alat makan yang tidak dicuci dengan baik dapat membawa kuman masuk ke dalam tubuh.
