五十六 | Bertemu Rani

1.3K 328 124
                                    

Pintu ruang periksa tiba-tiba terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu ruang periksa tiba-tiba terbuka. Pikirku ada pasien masuk. Sayangnya, bukan pasien, melainkan Elina. Rekan sejawatku itu masuk ke dalam bilik ini sambil membawa paper bag berlogo McDonald. Wajahnya terlihat sumringah saat memamerkan bungkusan itu padaku.

Tak lama, Elina menarik kursi di hadapanku dan mendudukinya. Ia pun membuka bungkusan itu. Elina kemudian menyodorkan burger dan McFlurry Oreo pesananku. Ganti aku yang sumringah. Akhirnya keturutan juga makan makanan McD pagi ini.

"Sering-sering ngidam, ya, Ai. Biar aku kena rejekinya," celetuk Elina saat aku membuka bungkus burger.

"Enak di kamu, Lin," sindirku. Bercanda tentunya.

Layaknya kucing, aku mengendus burger ayam ini. Baunya begitu menggoda. Gurih dan pedas. Menyulut tinggi nafsu makanku. Aku rasanya tidak sabar untuk mencicipi burger ayam ini.

Elina memicingkan matanya, bertepatan denganku mulai menyantap burger. "Ih! Dengan begini, kamu bantu aku makan makanan enak! Tau sendiri, lah, ya. Aku masih single. Banyak tagihan yang harus dibayar sendiri. Kalau kamu, 'kan," sudah bersuami. Orang kaya pula. Enak, 'kan?"

"Uhuk! Uhuk!"

Aku langsung terbatuk usai mendengar celotehan Elina. Bukan karena perkataannya, melainkan karena tersedak. Ayam di dalam burger ini begitu pedas, tidak seperti bayanganku saat memesan tadi. Aduh. Perih.

Lantaran aku terbatuk-batuk tanpa henti, Elina mendadak panik, dan segera memberikan minumannya padaku setelah memasukkan sedotannya. Naasnya, aku semakin terbatuk setelah minum. Pasalnya, minuman—baru kusadari itu berbahan dasar Fanta strawberry—membuat tenggorokanku semakin perih. Elina sontak kalang kabut mencari air di sekitar, sambil sesekali menepuk punggungku.

"Sebentar, Ai! Jangan koit, dulu! Nanti aku mampus kena hajar suamimu!" Elina berseru setengah menjerit. Wanita berkuncir ekor kuda itu pun keluar dari ruang periksa.

Sementara Elina keluar, aku berdiam diri. Menahan perih di tenggorokan sembari mengusap air mata. Gara-gara batuk, air mataku bercucuran.

Sepertinya aku kualat, deh.

"Aira!" teriak Elina, mengagetkanku. Ia masih di luar, tapi teriakannya terdengar sampai ke ruang periksa, yang mana biliknya berada di dalam bilik utama.

Tak lama, Elina muncul membawa gelas berisi air putih. Dengan langkah tergesa, Elina mendekatiku. Ia pun memberikan gelas tadi padaku, yang langsung kuminum isinya.

"Makanya kalau makan baca doa. Jangan langsung makan! Gini, 'kan, akibatnya!" tegur Elina. Ia terdengar begitu cemas.

Aku menyodorkan gelas itu padanya. Terdiam sejenak lantaran perih masih terasa. Elina masih di depanku. Kini tengah mengusap punggungku.

"Aku gak tau kalau pedas banget. Kupikir enggak segitu pedasnya," aku menggerutu setengah merengek.

"Lidah bayi, ya, gini!" makinya. "Kamu, tuh, gak kuat pedas makanya kayak gini!"

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang