Dia pura-pura buta, tetapi hatinya memang buta.
*
Aira Sarasvati (25) merupakan seorang dokter umum di rumah sakit swasta di Malang. Ia menikah dengan Adi Bintang Fatahilah, seorang tunanetra yang berusia tiga tahun di atasnya. Pernikahan mereka ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Paracetamol-nya diminum tiga kali satu setelah makan, obat maag-nya diminum tiga kali satu sebelum makan, dan antibiotiknya dua kali satu setelah makan. Antibiotiknya harus habis, ya," aku berucap sembari menulis resep untuk pasienku pada siang hari ini. Aku menuliskan resep obat padanya.
"Jangan makan makanan pedas, asam, gorengan, sayur lodeh, kopi, teh dan makanan yang kasar. Usahakan makannya yang berkuah, hangat, dan bertekstur lembut." aku turut memberikan saran padanya.
Usai menuliskan resep obat untuknya, kuberikan kertas itu padanya. Ia mengambilnya, lalu membacanya sejenak. Tidak lama, gadis itu tersenyum padaku.
"Kembali kasih. Semoga lekas sembuh," balasku. Gadis yang mengenakan jilbab warna hitam itu mengangguk sembari tersenyum kembali.
"Amin, dok. Permisi,"
Ia lantas bangun dari kursi di hadapanku. Setelahnya, gadis itu menghilang di balik pintu. Ia meninggalkanku sendirian di ruang periksa. Sepeninggalnya, aku menuliskan pengobatan yang kuberikan padanya pada rekam medis miliknya. Rekam medis ini nantinya akan dibawa oleh perawat sehingga harus kulengkapi isinya. Begitu selesai, aku menaruhnya di atas meja, menunggu Toni mengambilnya.
Sembari menunggu Toni dan pasien lain, kusempatkan diri untuk mengecek ponsel. Aku mau menelepon mas Bintang di rumah. Sekadar bertanya apa dia ingin makan siang atau tidak. Harusnya sekarang sudah jam makan siang. Aku tidak bisa pulang ke rumah untuk menyiapkan makanan untuknya. Siang ini ada beberapa pasien.
Sebelum kutelepon mas Bintang, aku mendapat pesan dari papa mertua. Pesannya sudah terkiri. Sejak tadi. Namun, aku baru membukanya. Kubuka pesan itu terlebih dahulu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Astaga.
Aku lupa ulang tahunnya.
Hari ini tanggal sebelas Agustus. Hari kelahirannya mas Bintang. Sialnya, aku malah melupakan ulang tahun suami sendiri. Yang kuingat hanyalah hari pernikahan kami, yakni bulan kemarin.
Sebelum datang pasien lain, aku menelepon mas Bintang di rumah. Aku berharap lelaki itu lekas mengangkat telepon rumah yang sedang kutuju sekarang. Aku ingin menanyainya soal makan siang dan mengucapkan selamat ulang tahun.
