十二 | Anak Perempuan

3.2K 710 250
                                    

Suara pintu tertutup menyadarkan Bintang yang semula menatap lurus ke arah dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara pintu tertutup menyadarkan Bintang yang semula menatap lurus ke arah dinding. Kepalanya bergerak sedikit, merespons suara yang datang. Suara itu kemudian disusul dengan suara helaan napas.

Yang barusan menghela napasnya, menolehkan kepala ke arah Bintang. Ia menatap tuan rumah dengan tatapan tak percaya sekaligus miris. Tidak percaya lantaran hampir membunuh istrinya, dan miris karena kelakuannya yaitu menyiksa sang istri.

Ia berdeham sejenak. Ingin mengambil atensi Bintang.

"Kekerasan fisik, huh? Pemerkosaan juga?" ia melemparkan pertanyaan retoris pada pelaku penyiksaan.

"Kupikir kamu punya mulut, Bin," celetuknya saat Bintang tampak tidak menanggapi.

"Gak usah tanya. Kamu tau jawabannya," jawab Bintang sedemikian datarnya.

Wanita berambut panjang yang duduk di hadapan Bintang, menyunggingkan senyumnya membentuk seringai. Ia menyilangkan tangannya di dadanya, lalu menyandarkan dirinya pada kepala sofa. Tatapannya tak luput dari lelaki yang tampak berantakan itu.

"Well, miris. Memar di leher dan pipi, luka cambuk di punggung, kissmark hampir di seluruh tubuh, bekas sperma di pangkal paha dan lecet di beberapa bagian tubuh," wanita itu berujar. "tipikal lelaki. Sukanya main kasar kalau pasangannya membuat onar."

"Bukan urusanmu!" desis Bintang.

Wanita itu lantas tertawa. Tawanya terdengar sumbang. "Memang bukan urusanku. Tapi dia istrimu. Yang merawatmu dalam situasi seperti ini. Andaikan aku Aira, aku pasti meninggalkanmu segera."

"Aku yang akan meninggalkanmu," komentar Bintang.

"Ya...ya...ya...terserah,"

Wanita itu kemudian bangun dari tempat duduknya. Ia kembali membawa tungkainya ke arah kamar milik Bintang. Pemandangan wanita lain dengan balutan sweater putih gading dan celana longgar berwarna hijau army, ditangkap oleh kedua matanya yang menggunakan softlens biru. Ia masuk ke dalamnya tanpa menutup pintu. Ia pun menghampiri Aira dan duduk di sebelahnya.

"Sudah lebih baik?" tanya ia.

Aira dengan tatapan kosong, menggeleng pelan.

"Mau makan sesuatu? Kupikir sekarang sudah telat untuk sarapan," ujarnya kembali.

Yang menjadi lawan bicaranya, terdiam. Bibirnya terkatup rapat, tetapi sedikit bergetar. Tatapannya kosong, tetapi matanya berkaca-kaca. Aira terlihat syok hingga tidak sanggup merespons sosok asing yang membantunya tadi.

"Kubelikan gado-gado, ya? Suamimu suka makan gado-gado. Mungkin moodnya bisa kembali. Demikian denganmu," tuturnya sekali lagi.

Aira masih terdiam, membiarkan ucapan wanita itu mengawang di udara. Namun, lawan bicaranya tampak tidak peduli. Ia beranjak dari kasur dan bergerak ke arah nakas. Berhenti di sana, lalu mengoperasikan ponselnya untuk memesan makanan. Usainya, ia kembali ke tempat duduknya tadi.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang