十一 | Oleh-Oleh

3.2K 673 288
                                    

"Itu yang udah jadi mantan mending jauh-jauhan, deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Itu yang udah jadi mantan mending jauh-jauhan, deh. Takut zina!"

Aku sontak bergeser, memberi jarak terhadap kak Andre yang duduk di sebelahku setelah mendengar suara Chiko. Kak Andre pun sama denganku. Ia bergeser lalu berdeham canggung. Tak berselang lama, yang punya suara barusan, duduk di antara kami sambil membawa piring berisi kentang goreng.

"Gue batas suci antara kak Aira sama kak Andre," katanya, lalu mencomot kentang goreng itu tanpa menawariku atau pun kak Andre.

"Bilang aja kamu mau deketan sama Aira, Ta! Sok-sokan ngingetin zina!" seru kak Andre tidak terima. "Toh, kamu sering nonton video iya-iya"

Aku diam-diam tersenyum tatkala Chiko langsung menatap abangnya. Kartu AS miliknya tengah dibuka oleh kak Andre di hadapanku. Tentunya Chiko malu dan jengkel saat keburukannya diketahui oleh orang lain.

"Heh! Kayak kakak gak pernah!" seru Chiko marah.

"Pernah. Malah nonton sama Aira. Ya, kan?" kak Andre langsung menatapku, meminta pengakuan.

Sontak saja, Chiko mengalihkan tatapannya padaku. Lelaki itu menatapku dengan tatapan bertanya. Sementara itu, aku kagok karena pertanyaan tak terduga dari kak Andre. Pipiku langsung memanas tatkala memori lama terputar kembali di dalam pikiranku sedetik berselang.

"Masa kak Aira pernah nonton film biru?" Chiko menyangsikan ucapan kakaknya.

"Dulu..."

Aku langsung menyela. "Iya, dulu pernah. Waktu kakak kamu lagi ledakan hormon."

Chiko kembali menoleh ke arahku. "Serius, Kak? Gak kebobolan, tuh?"

Senyum miris kusunggingkan kepada Chiko yang tampak tidak percaya. Tak lama, aku mengangguk. Membenarkan.

"Gila..." gumam Chiko kemudian.

Kak Andre langsung tertawa, sedangkan aku menutup wajah. Aku malu karena masa lalu kami tidak sengaja terumbar. Memanglah kami pernah nonton film biru di apartemen bersama. Saat gelanyar panas menyerang, kami saling membantu. Namun, tidak sampai bergumul di bawah selimut. Walau sering membantu kak Andre menormalkan gejolak hormonnya, aku tetap perawan sampai kemarin—sebelum mas Bintang memerawaniku di rumah mama.

Omong-omong, aku mengikuti sebuah mazhab yang mengatakan bahwa tolak ukur kehilangan keperawanan itu jika ada pertemuan dengan genitalia lawan jenis. Selebihnya tidak.

"Gue salut sama kak Andre. Udah tinggal berdua, sering nonton film biru, gak kebobolan juga," cuit Chiko dengan pandangan ke arah televisi yang sedang menyala.

"Maunya nanti setelah nikah. Sayang, dia udah nikah duluan,"

Aku mencuri pandang ke arah kak Andre. Lelaki itu tengah tersenyum samar. Tatapannya menjurus ke televisi yang sedang menampilkan adegan perkelahian antara tokoh utama dengan tokoh figuran. Aku seketika bersalah terhadapnya. Andaikan aku dapat membantunya membujuk ayahku, aku pasti menjadi istrinya sekarang.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang