Dia pura-pura buta, tetapi hatinya memang buta.
*
Aira Sarasvati (25) merupakan seorang dokter umum di rumah sakit swasta di Malang. Ia menikah dengan Adi Bintang Fatahilah, seorang tunanetra yang berusia tiga tahun di atasnya. Pernikahan mereka ber...
Kindly check part sebelumnya kalo belum baca ya ges :)
300 vote aku lanjut. Gak mau vote tida papa. Aku tida akan lanjut :)
Simple kan :)
————————————————
Open for suprise
————————————————
⚠️⚠️⚠️
Not safe work
21+
Dek adek minggir atau skip langsung ke akhir ok
Btw mon maap ini cluenya ada di adegan tida senonohnya ue ue ue
️⚠️⚠️⚠️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mendesis pelan ketika mas Bintang sampai pada titik pelepasannya. Sebanyak itu yang dikeluarkan olehnya sampai menetes terus hingga mengotori lantai kamar mandi. Mas Bintang tersengal-sengal, dan sedikit mendesah hingga suaranya terdengar penuh di kamar mandi yang pengap ini. Segera kutuntaskan dirinya lagi sampai benar-benar bersih. Mas Bintang sekali lagi mendesah panjang begitu aku kembali melayaninya. Beberapa saat gelombangnya sudah surut dan cairannya sudah keluar semua, aku membersihkan tangan dan lantai kamar mandi.
Pagi ini harusnya aku memasak untuk sarapan sebelum ke rumah sakit, kemudian memandikan mas Bintang. Namun, mas Bintang mendapatkan gejolaknya muncul hingga aku harus membantunya. Aku tidak dapat membantunya di ranjang karena masih menstruasi. Terpaksa kulakukan di kamar mandi sekalian memandikannya.
Atasannya yang masih melekat, kulepaskan dari tubuhnya. Bersamaan dengan itu, mas Bintang bangkit dari toilet dan mendorongku ke dinding. Aku tahu dirinya masih berkabut nafsu lantaran hampir sepuluh hari lamanya tidak kulayani. Akan tetapi, apa boleh buat kalau kondisi hati dan fisik sedang tidak mampu?
"Masih?" aku langsung melontarkan pertanyaan tatkala mas Bintang melepas paksa piyama milikku.
"Hm."
Aku membiarkan dirinya bertindak semaunya. Bergerilya di sana-sini untuk menuntaskan hasrat biologisnya. Namun, ketika hendak menyentuh tempatnya pulang, aku menepis tangannya. Mas Bintang menggeram kemudian.
