三十八 | Dia Milikku #2

2.4K 504 167
                                    

Surabaya, hari Minggu (di hari yang sama saat Yanuar pergi menemui Arkana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surabaya, hari Minggu (di hari yang sama saat Yanuar pergi menemui Arkana)

Prangg

Kepingan cermin terjatuh satu per satu dari bingkainya saat sebuah hantaman penuh tenaga, menghancurkan keutuhannya. Cermin yang tadinya terpajang indah di dinding, kini tinggal beberapa bagian tersisa. Sementara lainnya sudah menjadi puing dan berserakan di lantai. Tak berselang lama, banyak tetesan cairan berwarna merah pekat terjatuh menyusul kepingan tersebut.

Si pelaku penghantaman cermin tadi mengerang kesal. Amarah di dadanya belum reda walau sudah melampiaskannya hingga membuat tangannya terluka, dan memecahkan cermin. Rasa perih di tangannya pun tidak bisa turut meredakan amarahnya yang terlalu besar. Meletup-letup sampai menguasai seluruh tubuh.

Tersebutlah pelaku itu adalah Yanuar alias Bintang palsu.

Yanuar yang memukul cermin itu sampai pecah karena emosi. Emosi lantaran Arkana melibatkan Aira ke dalam syarat wasiat itu, dan lantaran bimbang memilih antara Aira atau Rani. Baginya Rani adalah pendamping hidup terbaik, sedangkan Aira adalah rumahnya. Dihadapkan pada situasi yang seperti ini membuat Yanuar tidak dapat mengontrol emosinya hingga menyakiti dirinya sendiri.

"Hah! Menyebalkan! Sialan!" umpat Yanuar. Habis mengumpat, ia menetralkan napasnya yang tersengal.

"Kakek tua sialan! Bisa-biasanya menjadikan Aira sebagai syarat!" Yanuar kembali memaki sekalian bergumam. "hah...si kakek tua itu pasti diminta oleh Andre,"

"Dia pikir aku akan tunduk padanya? Sekalipun aku mati, aku tidak akan tunduk!"

Puas mengeluarkan isi hatinya, Yanuar lantas mendudukkan dirinya di atas kasur. Bukannya merileksasikan diri, lelaki itu masih tidak habis pikir. Ia pun tidak ada niat untuk meredam emosinya. Lihat saja, matanya masih berkilat marah, rahangnya masih mengetat, raut wajahnya mengeras dan dadanya kembang kempis tak beraturan. Di dalam kepalanya pun masih banyak pikiran.

Ceklek

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Ivana dengan ekspresi cemas—cemas akibat mendengar suara benda pecah dan makian Yanuar. Yanuar menoleh ke arah sang nenek, lalu melengos. Ivana buru-buru masuk ke dalam kamar cucunya dan menutupnya. Pandangan wanita berkerudung hitam itu mulanya tertuju pada cermin yang pecah, kemudian serpihannya di lantai, dan terakhir tangan Yanuar yang berdarah.

Ivana terkejut melihat darah di tangan sang cucu mengalir terus hingga menetes ke lantai.

"Yanu! Kamu habis ngapain sampai tanganmu berdarah?" tanya Ivana keheranan. Wanita itu tak habis pikir dengan tindakan Yanuar.

Alih-alih menjawab, Yanuar malah terdiam.

"Kalau emosi jangan lukai diri sendiri, Yanu! Lihat tangan kamu, nih! Berdarah!" omel sang nenek sambil menunjuk tangan cucunya. "buang-buang darah kan kamu! Kayak gak takut anemia aja!"

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang