十四 | Perdebatan di Atas Ranjang

3.8K 662 212
                                    

⚠️ Little bit mature content

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ Little bit mature content

Wejangan mama pada malam hari ini layaknya pepatah guruku ketika di SMP, hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Wejangan yang sepanjang jalan Ahmad Yani sampai jalan Sudirman itu hanya melintasi kepalaku tanpa repot-repot mau melekat. Entah karena otakku menolak menyerap informasi seputar kehamilan dari mama atau karena pembahasan ini terlalu berat dan memuakkan. Mungkin dua opsi tersebut adalah alibi sempurna untuk menjabarkan sebabku sekarang.

Memang yang sedang terjadi saat ini adalah diskusi keluarga di rumahku dan mas Bintang. Mama dan ayah bertandang ke rumah dengan membawa makan malam serta petuah-petuah bagi kami yang akan menjadi orang tua, terutama untukku yang pura-pura hamil. Setelah makan malam, kami duduk di ruang tamu seraya minum teh dan mengobrol ria. Aku bak tersangka pencurian mangga, diinterogasi sampai dinasehati oleh mama. Nasehatnya panjang sekali. Mulai dari pantangan bumil, makanan yang harus dikonsumsi, olahraga, sampai menjurus ke mitos-mitos bumil.

Sungguh, membosankan.

Andaikan waktu itu aku tidak berbohong, mungkin tidak akan seperti ini. Mama tidak akan repot-repot kemari hanya untuk menasehatiku. Mama dan ayah pun tidak perlu menunjukkan wajah yang berseri-seri sesaat itu. Aku jadi tidak enak sendiri telah membohongi keduanya kalau tahu efeknya seperti ini.

Obrolan masih berlanjut dengan serunya untuk tiga manusia dewasa itu, mama, ayah dan mas Bintang. Aku sendiri memilih menyimak obrolan mereka seraya mencamil jajan egg drop yang kubeli kemarin. Aku tidak berminat untuk nimbrung pembicaraan mereka.

Kalau saja ucapan kak Dian tidak menghantuiku, aku mungkin ikut berbicara. Mungkin saja.

"Bintang kalau Aira periksa ikut aja. Kamu tetap harus dengerin nasehat dokter biar nanti bisa ngingetin Aira kalau dia bandel," sahut Mama sembari menatapku.

"Dokter gini gak bakal bandel kali, Ma. Santai, dong!" protesku.

Mama dan ayah menanggapi protesku dengan tertawa. Aku langsung mendengus sembari meletakkan toples berisi jajan tadi. Kini, aku dapat melihat betapa bahagianya kedua orang tuaku akan kabar kehamilan palsu ini.

"Untung, ya...waktu itu mama kasih jamu subur. Jadinya kamu langsung hamil," mama berkomentar.

Aku menyebikkan bibir. "Itu jamu subur apa obat perangsang, sih? Kok, rasanya kayak gitu..."

Mama dan ayah saling bertatapan satu sama lain. Tak berselang lama, seutas senyum terbit di bibir keduanya. Mereka berdua seolah telah melakukan tindak kejahatan fatal. Namun, saat terbongkar keduanya tidak meras bersalah. Kedua orang tuaku ini tersangka malam itu.

"Punya Bintang ada obat perangsangnya. Kalau kamu, sih...enggak," jawab ayah. "kami berdua ikut saran Gita. Soalnya kalian kelihatan belum pernah tidur," ayahku menaikkan tangannya, membentuk gestur tanda kutip dengan dua jari pada masing-masing tangan.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang