四十九 | Makan Malam dengan Arkana

1.3K 350 196
                                    


"Ayo, masuk!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayo, masuk!"

Ajakan mas Bintang yang tengah membuka pintu, menyadarkanku dari lamunan. Aku melepas sepatu yang membalut kaki, lalu masuk ke dalam rumah kami. Salam kuucapkan saat memasuki hunianku selama beberapa waktu yang lalu. Hening terasa. Aku melangkahkan kaki memasuki kamar tidur.

Kamar ini masih sama seperti terakhir kali aku berkunjung. Rasanya masih sama, hangat. Baunya pun sama. Namun, kali ini baunya lebih lembut. Entah parfum ruangan atau parfum baju apa yang mas Bintang pakai, aku tidak tahu. Indra penciumanku cuma menangkap bau lembut ini, dan mengatakan kalau baunya enak.

Aku lantas masuk ke kamar mandi. Mencuci kaki dan tangan, lalu melepas celanaku yang basah. Keluar dari sana, aku meletakkan celana tadi di keranjang. Ada rasa lega saat keranjang baju kotor hanya berisikan dalaman mas Bintang dan celanaku saja. Biasanya, sebelum aku pindah ke rumah mama, keranjang ini penuh.

"Eh, gak pakai celana," ejekan mas Bintang membuatku menatapnya sinis. Kaget aku barusan.

"Dalaman kamu belang-belang, ya. Kayak blaster," lagi, ia mengejekku dari kasur.

"Wah, jangan ngejek. Dalamnya dalamanku favorit kamu, Mas,"

Mas Bintang tertawa. Otaknya paham.

Aku yang dirundung malu, kini berjalan cepat ke arah lemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang dirundung malu, kini berjalan cepat ke arah lemari. Daster kebangsaanku, daster bunga-bunga tanpa lengan, kuambil dari tumpukan baju. Tanpa menghiraukan mas Bintang, aku berganti baju di depan lemari. Lega rasanya saat sudah memakai daster ini. Beban hidup sudah tidak terasa.

"Mas, mau balik ke rumah sakit?" tanyaku usai menaruh pakaian kotor di keranjang. Kini, aku tengah berjalan ke ranjang. Hendaknya tidur.

"Iya. Jaga Rani," jawabnya tanpa dosa.

Iya, tidak dosa, sih. Kan masih istri sendiri.

"Oh. Ya, udah. Sana pergi!" usirku.

"Beneran? Kalau mas pergi jangan nangis,"

"Enggak nangis, lah. Udah biasa ditinggal, juga," elakku.

Aku naik ke atas ranjang, lalu merebahkan diri dengan posisi membelakangi mas Bintang. Aku menggeram pelan saat tangan lelaki itu menepuk pantatku keras hingga berbunyi. Namun, sedetik berselang, mas Bintang ikut rebahan. Ia pun membalikkan tubuhku menjadi telentang. Aku miring lagi, tetapu menghadap dirinya.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang