五十四 | Tawaran Arkana

1.3K 370 304
                                    

Aku udah double update. Jadi cek part sebelumnya. Mungkin ada yang belum baca.

Jan lupa votenya. Ntar kugigit kalo ga vote 😬

Selamat telah melewati masa-masa tegang ges 🎉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat telah melewati masa-masa tegang ges 🎉














Ruang tengah keluarga Andre dipenuhi suara desisan. Suara itu berasal dari Bintang yang tengah diobati oleh Okta. Lengan Bintang terluka karena ditembak oleh Yusron dari belakang. Tembakannya melenceng sebenarnya, tetapi masih dapat merobek kulit lengan hingga mengucurkan banyak darah. Bintang terpaksa diobati di sini karena Arkana masih ingin berbicara dengannya.

Meski tahu Arkana akan menawarinya segala hal, Bintang tetap singgah. Ia ingin tahu sampai dimana penawaran kakeknya. Yang hanya demi melindungi kebejatan cucunya.

Bintang mendesis sekali lagi saat Okta menyuntikkan cairan ke pinggangnya tanpa aba-aba. Ia langsung menghadiahi Okta tatapan tajam. Namun, Okta tampak tidak terusik. Pemuda itu meletakkan suntikan bekas di atas meja, dan mulai menyiapkan peralatan bedahnya

Bintang tidak bodoh sampai tidak tahu alat-alat medis di depan matanya.

"Biusnya akan bekerja sebentar lagi. Tenang saja, aku cuma melakukan bius regional padamu," ujar Okta sambil mengganti sarung tangan lateksnya dengan yang baru.

"Harusnya sejak tadi!" protes Bintang.

Kalau saja biusnya dari tadi, ia tidak perlu merasa kesakitan saat Okta membersihkan lukanya.

Sayangnya, Okta menganggap perkataan Bintang sebagai angin lalu.

"Aku akan menjahit lenganmu. Robeknya dalam. Kalau tidak dijahit nanti infeksi," sahut Okta sembari mengambil jarum yang bentuknya bengkok.

"Dokter koas sepertimu sudah bisa menjahit, heh?" tanya Bintang sedikit meremehkan Okta, yang notabenenya masih dokter koas.

"Aku sudah melewati stase bedah dan anestesi. Nilaiku lumayan bagus kalau kamu ingin tau," balas Okta dingin.

"Aku gak tertarik,"

"Terserah,"

Selagi Okta melanjutkan aktivitas menjahitnya, Bintang mengalihkan pandangannya pada Arkana. Lelaki tua itu tengah menyesap tehnya dengan khidmat. Seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan Bintang, Okta dan Wildan. Bintang menggeram kesal melihat kelakuan Arkana.

"Apa lenganmu belum mati rasa?" tanya Okta tak lama setelah mendengar geraman Bintang.

"Jangan banyak tanya!" yang ditanya malah membentak.

Okta berdecak di balik maskernya. "Sudah untung kuobati. Malah gak tau diri,"

"Dia memang gak tau diri, Ta. Harusnya kamu paham," celetuk Arkana.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang