四十七 | Rahasia yang Disembunyikan Wildan #2

1.3K 326 130
                                    

Wildan mendapatkan kesadarannya saat perih menghantam tenggorokannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wildan mendapatkan kesadarannya saat perih menghantam tenggorokannya. Lelaki yang masih bergelung di bawah selimut itu mengerang lemah, lalu terbatuk. Ia lantas membuka matanya secara keseluruhan, berusaha menemukan air untuk menghilangkan perih. Namun, ia tidak mendapati cairan bening itu, melainkan dinding bercat hijau pastel dan semerbak bau aromaterapi.

Wildan terkesiap. Ia tidak lagi di diskotik, melainkan tempat asing yang entah dimana.

Lelaki berusia dua puluh tiga tahun itu kemudian bangun dari posisinya. Sambil memegangi selimut, Wildan mendudukkan diri, lalu menyandar pada kepala dipan. Ia kembali mengerang saat kepalanya mendadak pusing. Wildan meneguk liurnya yang pahit lantaran teringat sebab dirinya tidak enak badan saat ini, dan terbangun di tempat asing. Ini semua gara-gara minuman bernama Tequila yang diteguknya di klub kemarin.

Sembari menunggu sakit kepalanya menghilang, Wildan memindai ruangan ini. Bilik yang tidak terlalu luas ini memiliki banyak perabotan seperti lemari pakaian, lemari buku, meja belajar, cermin panjang, dan gantungan pakaian yang tertata rapi dan serasi. Wildan pikir ini bukan kamar hotel melainkan kamar Diandra, mengingat wanita itu yang terakhir bersamanya. Kamar hotel pun tidak seperti kamar ini yang cukup penuh dengan perabotan.

Ceklek

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Membuat Wildan berhenti menelisik ruangan ini. Seorang lelaki berkaus putih dengan nampan berisi piring dan segelas air masuk ke dalam kamar. Lelaki itu tersenyum simpul pada Wildan sesaat, lalu berjalan ke arahnya. Ia menaruh nampan itu di atas kasur, di dekat tubuh Wildan.

Wildan tahu, lelaki itu Kevin. Gigolonya Diandra sekaligus bartender di klub kemarin.  Wildan merasa aneh mendapati Kevin berada di sini.

"Sudah bangun? Apa ingin muntah?" tanya Kevin sedikit cemas. Dari sudut pandangnya, Wildan terlihat begitu pucat.

"Perih...ini," Wildan menunjuk tenggorokannya. "dan pusing..."

"Oh...wajar. Kamu hampir menghabiskan satu botol Tequila. Tenggorokanmu perih karena banyak minum minuman beralkohol itu, lalu muntah," Kevin menjelaskan penyebab perih tenggorokan pada Wildan. "kamu bisa minum air untuk menghilangkan perih. Setelahnya makan untuk mengisi perutmu. Aku sudah menyediakan obat anti mual dan parasetamol,"

Dalam hati, Wildan mengutuk Diandra yang tega mencekokinya dengan Tequila.

"Oh, ya. Ini kamarku. Di kamarku gak ada kamar mandinya. Bilik itu di dapur. Kalau ingin muntah, ada timba di bawah kasur. Bisa pakai itu,"

"Bukan kamar Diandra?" Wildan sedikit aneh lantaran Kevin menyebut ini kamarnya. Bukan kamar Diandra.

"Secara teknis ini rumah Diandra, tapi ini kamarku," jawab Kevin. "omong-omong, lekaslah sarapan. Kata Dian, Bintang akan menemuimu hari ini."

Dahi Wildan refleks berkerut. "Ini sudah pagi?"

Kevin menganggukkan kepalanya. "Yah. Kamu pingsan sejak kemarin sore. Kalau saja pagi ini enggak bangun, mungkin kami akan membawamu ke rumah sakit."

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang