五十五 | Dia yang Rela Terluka

1.3K 370 95
                                    

"Kenapa belum tidur?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa belum tidur?"

Pertanyaan dari sosok familiar, sebut saja mas Bintang, mengalihkanku dari gelas berisi susu. Tatapanku melayang padanya yang seharian ini menghilang entah kemana. Alih-alih menjawab pertanyaannya barusan, aku terdiam sambil mengamatinya. Mas Bintang dengan balutan piyama kotak-kotak tengah berjalan ke arahku.

Setibanya mas Bintang di hadapanku, kuraih tangannya seperti biasa. Kucium tangannya penuh sayang. Begitu kulepas, mas Bintang memberi kecupan singkat di dahi. Aku tidak bohong kalau sensasinya begitu menyejukkan.

"Mas kapan pulang?" tanyaku. Masih mengabaikan pertanyaannya yang tadi.

"Barusan. Mas telat soalnya masih ambil baju di rumah kita. Sementara, mas akan tinggal di sini," jawabannya. Ia lantas melirik gelasku yang masih terdapat susu di dalamnya. "kenapa belum tidur? Sudah jam sebelas, Ai,"

"Gak bisa tidur. Aku takut. Aku juga butuh mas Bintang. Butuh pelukan mas," kataku seraya menampilkan ekspresi ketakutan. Biar ia tahu, seberapa takutnya aku saat tidur sendiri tanpanya.

Sebenarnya aku sempat ketiduran setelah muntah akibat mencium bau mi goreng instan. Hidungku mendadak sensitif, demikian pula perut padahal sebelum hamil sangat menyukai bau dan wujudnya. Beberapa saat tertidur, aku terbangun gara-gara mimpi buruk. Mimpi itu bayangan kejadian kak Andre melakukan kekerasan dan pelecehan seksual kemarin lusa. Aku ketakutan sampai tidak bisa tidur lagi. Alhasil, aku insomnia hingga sekarang.

Mas Bintang terlihat meragukan jawabanku.

"Kalau takut kenapa di sini? Bukannya di sini kamu sama Andre—" ia menaikkan kedua tangannya, dan membuat tanda kutip dengan jarinya. "—gitu?"

"Di halaman belakang, Mas. Bukan di sini. Lagipula, aku baru ke dapur. Ada sepuluh menitan, lah,"

Ia menganggukkan kepalanya. "Ya, sudah. Cepat habiskan susunya. Habis itu tidur,"

"Sebentar," pintaku.

Gelas berisi koloid berwarna merah muda itu langsung kuambil, dan kuminum isinya. Mas Bintang merebut gelas itu saat isinya sudah tandas. Ia menaruhnya di wastafel, bersama alat makan kotor lainnya. Aku lantas merentangkan kedua tangan padanya. Kode minta gendong.

"Gendong," pintaku malu-malu.

"Gak takut ketahuan mama? Ayah? Atau Gita?" tanya mas Bintang.

Bibirku langsung mencebik. "Enggaklah! Ngapain? Lagian mereka udah tidur. Toh, ya, mereka pernah muda. Kecuali tante,"

"Iya, gak usah emosi. Naik kursi cepetan!" titahnya.

Sambil bersorak ria, aku naik ke atas kursi sesuai perintahnya. Mas Bintang meraih kedua tanganku, lalu mengalungkannya di leher. Satu per satu kakiku mulai melingkari pinggangnya. Aku sontak mengaduh saat mas Bintang dengan jahilnya menepuk pantatku.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang