三十二 | Dia yang Masih Menemani

2.7K 567 176
                                    

300 vote lanjod
Btw jan lupa baca part sebelumnya kalo belum baca


Dan terima kasih atas semangatnya ❤️

Bintang mengerutkan dahinya kala kedua matanya berdenyut sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bintang mengerutkan dahinya kala kedua matanya berdenyut sakit. Kondisi ini tiba-tiba dialaminya ketika sedang menemani Aira membuat sarapan seperti biasa. Denyutan mengerikan itu kembali hadir seperti beberapa waktu yang lalu, tetapi pada situasi yang tidak tepat. Ia meringis pelan dan mengepalkan tangannya untuk meredam rasa sakit. Bintang tidak ingin Aira tahu soal kondisinya, terutama penyamarannya.

Merasa tubuhnya semakin tidak toleran, Bintang membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam. Dilihatnya Aira sedang sibuk memasukkan bahan makanan ke dalam panci. Bintang menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke kamarnya. Ia berjalan pelan agar istrinya tidak curiga.

Setibanya di kamar, Bintang langsung masuk ke kamar mandi. Ia mengunci pintu supaya istrinya tidak menciduk aksinya. Aira baginya sudah naik ke tahap mengancam hidupnya. Wanita itu tampak sudah tahu seluk beluk dirinya. Namun, Bintang belum memberi Aira pelajaran atas kelancangannya mencari tahu soal dirinya. Ia mendadak tidak tega pada sang istri kemarin lantaran muntah beberapa kali hingga lemas.

Bintang membuka kotak rahasianya dengan tergesa. Ia mengambil kotak lensa miliknya dan segera melepas lensa itu. Bintang menghela napas kala denyutannya semakin mengerikan. Lelaki itu lantas mengambil ponselnya. Ia hendak menghubungi Wildan agar segera membuat jadwal konsultasi dengan dokter Karen.

"Halo, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Wildan setelah teleponnya terdambung.

"Segera konsultasi dengan dokter Karen. Mataku berdenyut lagi. Ini sungguh menyakitkan!" seru Bintang tak sabaran.

"Dokter Karen hari Minggu libur, Tuan. Ia pergi ke gereja pagi ini," jawab Wildan.

Bintang memukul tembok dengan tangannya. Kesal. "Astaga. Apa enggak ada dokter spesialis mata lain? Yang masih hidup pagi ini?"

"Saya carikan, Tuan. Harap sabar sebentar," ucap Wildan di seberang sana.

"Cepat!"

Sambungan telepon keduanya masih hidup, tetapi suara Wildan tidak terdengar lagi. Tampaknya lelaki itu benar sedang mencarikan Bintang dokter spesialis mata. Sementara itu, Bintang menutup kloset, lalu duduk di atasnya untuk menunggu Wildan. Sembari menunggu, ia memijit pangkal hidungnya untuk mengimbangi denyutan itu. Bintang rasanya ingin berteriak kala matanya seperti mau meledak.

"Tuan..." Wildan tiba-tiba bersuara. "minggu ini dokter spesialis mata banyak yang libur."

"Sial! Bagaimana bisa mereka menjadi dokter, tapi hari Minggu saja libur!" bentak Bintang. Ia marah tahu tidak ada dokter hari ini.

Holo ft Changbin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang