Duel

953 138 8
                                    

  Kedua mata tajam itu kini sedang memperhatikan  lawannya yang tengah berdiri di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Kedua mata tajam itu kini sedang memperhatikan  lawannya yang tengah berdiri di hadapannya. Bagai sang elang yang mengintai mangsa, ia seakan siap menerjang sang buruan kapan pun ia suka.

  Onyx yang awalnya hitam legam, seketika berubah menjadi ungu layaknya batu permata amethyst. Indah namun juga misterius serta menakutkan, begitulah gambaran yang terlihat.

"Pahlawan."

  Senyum miring menghiasi wajah dingin si elang.

  Sang lawan di hadapannya nampak begitu waspada dengan setiap pergerakan si mata elang. Kedua bola mata coklat teduh miliknya juga berubah, namun dengan warna yang berbeda, yaitu biru samudera.

"Apa kau tidak ingin berkorban juga untuk diriku, hm?" Tanya laki-laki bermata elang itu sembari menunjukkan telapak tangan yang sudah beraliran arus listrik dihadapan Yerin, gadis yang menjadi lawannya itu.

  Sengatan-sengatan listrik  yang beradu di tangan laki-laki itu juga seolah siap menyengat tubuh gadis yang ada dihadapannya kapan saja.

"Aku sebenarnya tidak menginginkan pertarungan ini, tapi apa salahnya mencoba kan?" Jawab Yerin yang membuat laki-laki berlemen petir itu semakin menunjukkan smirk-nya.

  Tampaknya ia menyukai keberanian Yerin. Sepertinya ini akan menjadi sangat menarik.

"Kau benar." Laki-laki itu lantas melepaskan bola listrik ke arah Yerin.

  Dengan sigap Yerin lantas mengeluarkan kekuatannya membuat benteng dari kekuatan airnya. Bola petir yang menghantam tembok laut buatannya pun menghilang.

  Belum selesai, laki-laki itu mengangkat tangannya ke udara, dan seketika sebuah petir sudah berada di genggamannya. Ia menggenggam petir tersebut layaknya senjata pedang yang siap menghunus lawannya kapan saja.

  Yerin sedikit terkejut melihat petir yang berada di dalam genggaman laki-laki itu.

"Hebat, dia sudah bisa menggenggam petir. Padahal menurut buku yang pernah ku baca biasanya bangsa elemen petir akan menguasai kekuatan itu saat mereka sudah belajar di tingkat menengah atas," batin Yerin berspekulasi.

  Laki-laki itu tersenyum miring melihat keterkejutan Yerin.

"Ah, sepertinya gadis itu sudah mengetahuinya."

  Tak ingin berlama-lama laki-laki itu berlari cepat ke arah Yerin. Namun dengan sigap gadis itu kembali membuat benteng.

  Dengan segala kekuatannya Yerin berusaha untuk menahan kekuatan laki-laki tersebut. Sementara si laki-laki malah tersenyum sinis dan secepat kilat berpindah posisi berada di belakang Yerin.

"Killer Thunder!"

"Aakkhh!!!"

  Yerin berteriak kesakitan saat tubuh belakangnya tersengat oleh kekuatan guntur yang dikeluarkan dari genggaman laki-laki itu.

𝐄𝐥𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐚𝐠𝐢𝐜𝐢𝐚𝐧𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang