Sayembara sudah dimulai. Satu persatu penyihir elemen tanah yang merasa dirinya tangguh sudah mencoba mengambil kedua pusaka tersebut. Namun, sampai saat ini belum juga ada yang berhasil mengangkatnya.
Mereka semua yang mencoba memegang kedua pusaka itu berakhir dengan wajah penuh ketakutan dan kegelisahan, seolah mereka baru saja menghadapi sesuatu yang mengerikan.
Bruk!
"Arghhh...."
Seorang laki-laki berteriak histeris memegangi kepalanya. Tampak tubuh laki-laki itu bergetar ketakutan.
"Tidak, pergi! PERGI!" Pekiknya dengan raut wajah kesakitan.
"Kakak..." Niki tidak sanggup melihat kakaknya menderita seperti itu.
"Tetua, apa yang terjadi dengan kak Joshua?" Tanya Niki menatap wajah Jonghoon dengan cemas.
"Aku tidak tahu, pusaka itu bebas menentukan setiap tantangan yang harus dilalui bagi calon pemiliknya," ucap Jonghoon yang masih fokus memperhatikan keadaan.
Tak lama laki-laki itu pun berhenti berteriak. Ia menatap ke sekitar tampak wajah orang-orang yang kini tengah memandangnya dengan ekspresi takut sekaligus bingung. Joshua kembali menatap kedua pusaka yang masih tidak bergerak dihadapannya. Laki-laki itu berusaha kembali untuk memegang kedua pusaka tersebut. Namun....
Bruk!
Tubuh Joshua tiba-tiba saja terhempas jauh bahkan sampai menabrak dinding pembatas antara penonton dengan altar.
"Aku belum gagal! BERI AKU KESEMPATAN LAGI!" Pekik laki-laki itu yang perlahan mulai berdiri kembali.
"Maaf Joshua, tapi tidak ada lagi kesempatan. Kedua pusaka itu sudah menolakmu," ucap Jonghoon.
"Tidak! AKU BELUM GAGAL! Senjata itu milikku!" Tegas Joshua keras kepala.
"Aku ini keponakanmu, bukan? Setidaknya beri aku satu kesempatan lagi." Laki-laki itu kini tampak memohon pada pamannya.
Jonghoon menatap nyalang keponakannya itu.
Bruk!
Tubuh Joshua tiba-tiba kembali terpental dan menabrak dinding akibat serangan Jonghoon. Semua penonton terkejut dengan apa yang dilakukan oleh sang legenda Penyihir Bintang itu.
"Aku tidak peduli mau kau adalah darah dagingku sekalipun. Peraturan tetaplah peraturan! Jangan memanfaatkan jabatanmu dengan seenaknya saja!" Bentak Jonghoon dengan suara lantang. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap arogan keponakannya itu.
"Bawa dia pergi!" Perintah Jonghoon pada pengawalnya.
Joshua menepis kasar tangan para pengawal Jonghoon yang hendak membawa tubuhnya.
"Aku bisa sendiri," ucapnya dengan nada dingin. Laki-laki itu pun keluar dengan wajah marah dan langkah yang tertatih-tatih.
Jonghoon menghela nafas berat melihat sikap keras kepala keponakannya itu. Namun, apa yang dilakukan oleh Joshua memanglah salah. Jadi laki-laki itu merasa bahwa Joshua memang patut diberi sedikit pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐥𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐚𝐠𝐢𝐜𝐢𝐚𝐧𝐬
FantasyDILARANG KERAS MENJIPLAK ATAU MENG-COPY SETIAP PART DI DALAM CERITA INI ATAU MENJADIKAN CERITA INI SEBAGAI IDE CERITA LAIN TANPA IZIN! Bangkitnya Raja Kegelapan setelah pertempuran penyihir beberapa tahun yang lalu, kembali membuat semua penyihir di...