"Kak Sowon masih jauh tidak?" Tanya Sinb yang terlihat mulai kelelahan mencari hewan pendampingnya.
"Kita percayakan saja pada Nuni. Lagipula ini juga demi hewan pendampingmu," ucap Sowon.
Sinb menghembuskan nafas lelah. Ayolah seharusnya sekarang ini dia sudah berbaring di ranjang empuknya dan bukannya masih berkeliaran di sini.
"Sinb sembunyi!" Seru Sowon. Gadis bertubuh jangkung itu langsung membawa Nuni untuk bersembunyi di balik tembok.
"Ada ap-"
"Sstt...!" Sowon menempelkan jari telunjuknya di bibir. Gadis itu semakin merapatkan tubuhnya begitu mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah tempat persembunyian mereka.
Tap!
Langkah kaki itu terhenti. Si pemilik langkah nampak mengerutkan keningnya saat ia merasakan sesuatu. Matanya pun mulai bergerilya menatap ke sekitar.
"Aneh, aku sepertinya merasakan ada orang lain di sekitar sini," ucapnya.
Sowon terbelalak begitu mendengar suara orang itu. Benar! Ia sangat kenal sekali dengar suara ini, tak lain dan tak bukan adalah Mr. Jeonhae, salah satu pengajar ter-killer di kelas 3.
Mr. Jeonhae menunduk saat mendapati beberapa helai bulu yang berada di atas lantai. Laki-laki paruh baya itu mengambilnya kemudian mengepalkan tangannya.
"Hewan pendamping milik siapa yang sudah berkeliaran pagi-pagi buta begini!" Ucapnya kesal.
Sowon semakin dibuat was-was kala mengetahui bahwa bulu yang diambil oleh Mr. Jeonhae adalah bulu milik Nuni. Sowon dan Sinb hanya bisa berharap semoga mereka tidak ketahuan, atau nanti mereka akan mendapat masalah.
"Mr. Jeonhae!"
Mendengar namanya dipanggil. Mr. Jeonhae segera menengok dan mendapati seorang pria yang nampak seusianya berjalan menghampirinya.
"Mr. Hendrik, what's wrong you calling me?" Tanya Mr. Jeonhae menatap pria berdarah Eropa itu.
"Ye were called by Mrs. Yin and Mr. Fang in the laboratory," jawab Mr. Hendrik.
"Alright, I will go to there soon. Thank you," ucap Mr. Jeonhae.
"My pleasure. I must go to teacher's room right now. See you later Mr. Jeonhae."
Mr. Jeonhae mengangguk. Matanya sempat melirik ke arah tembok di sampingnya. Laki-laki itu kemudian menggeleng kecil, berusaha mengabaikan rasa penasaran, seolah hatinya berkata ada sesuatu di balik sana .
Laki-laki paruh baya itu pun berlalu diikuti oleh Mr. Hendrik. Tujuan mereka memang berada di arah yang sama.
Sowon menghela nafas lega. Untung saja mereka berdua tidak ketahuan. Jika tidak, entah hukuman apa yang akan mereka dapatkan karena sudah berkeliaran di asrama pria. Mungkin saja nanti akan ada rumor yang tak ingin Sowon dengar 'Dua Siswi Berkeliaran di Asrama Pria Karena Ingin Memikat Laki-Laki di Sana' itu menjijikkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐥𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐚𝐠𝐢𝐜𝐢𝐚𝐧𝐬
FantasyDILARANG KERAS MENJIPLAK ATAU MENG-COPY SETIAP PART DI DALAM CERITA INI ATAU MENJADIKAN CERITA INI SEBAGAI IDE CERITA LAIN TANPA IZIN! Bangkitnya Raja Kegelapan setelah pertempuran penyihir beberapa tahun yang lalu, kembali membuat semua penyihir di...