"Hai kak bian." sapa gadis berwajah lugu dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.
Abian, lelaki mungil itu turut tersenyum membalas gadis muda yang duduk dihadapan nya saat ini, setelahnya Abian melontarkan sebuah ucapan memulai percakapan.
"Kamu... Kelas berapa?" Abian bertanya.
"3 SMA kak."
Abian tertegun, "Wah, saya Kira udah kuliah."
"Engga, masih SMA aku nya. Ngomong-ngomong kita mau bahas soal perjodohan kan kak?" gadis itu bertanya.
"Uhm... Kamu gak keberatan? Belum kuliah juga kan?"
Gadis itu menggeleng, "Aku gak perlu kuliah, kan ada kakak yang jadi suami aku, yang bakal nafkahi aku, yakan kak?"
Abian terdiam kaku, tidak sepenuhnya menyetujui ucapan dari gadis kecil didepan nya, Abian masih muda, bahkan ia masih sering bermanja dengan bundanya.
"Kalo saya terserah kamu aja, saya tinggal jalanin." ujar Abian lembut.
"Loh? Keputusan sama-sama dong kak, Kakak mau gak nikah sama aku?"
Abian tersenyum, "Iya, saya mau. Karena ini kebahagian bunda, saya gak bisa nolak."
"Kak Abian nerima aku karena gak mau ngecewain bunda nya?" tanya gadis itu dengan nada kesal, ah Bian salah bicara.
"Bukan gitu, maksud saya- "
"Kalo terpaksa ya udah mending gak usah aja! Kakak pikir aku mau dijodohin begini?!" gadis itu memaki dengan suara lantang.
Suara gadis kecil itu tentu mengundang tatapan tanya dari pengunjung lain nya, bisikan mengenai mereka berdua terdengar samar, Abian menghela nafasnya lelah, memutuskan untuk membawa gadis itu keluar dari cafe peace dengan sedikit protesan.
"Lepas!" pegangan tangan Abian terlepas begitu saja dengan kasar karena sentakan gadis itu.
Abian mengulum bibirnya gugup, salahkan dirinya yang kadang berbicara tanpa memberi filter terlebih dahulu.
"Begini... Maaf, nama kamu siapa? Saya lupa." Abian bertanya seolah tak ada yang salah dari pertanyaan itu.
Wajah gadis itu semakin memerah padam karena emosi, bahkan Abian tak Ingat namanya, keterlaluan! Begitulah pikir gadis itu.
"Sakura!" balasnya sebal.
"Ah ya, sakura... Jadi, saya minta maaf." ucap Abian.
Sakura memincingkan matanya menatap Abian, "Kakak tau kan ini bukan perjodohan bodoh biasa?"
"Ya, saya tau."
"Aku si gak mau nikah sama kakak sebetulnya, masalahnya bunda kakak selalu maksa mama aku untuk jodohin kita berdua." tutur Sakura.
"Iya, saya tau Sakura."
"Kakak ganteng si, betul kata bunda. Tapi kakak bukan tipe aku karena... " Sakura menggantungkan ucapan nya.
"Karena apa?"
Sakura mencondongkan wajahnya lebih dekat pada Abian, lalu tersenyum samar.
"Kakak itu miskin, dan pengangguran. Aku tau si kakak gak semiskin itu, tapi gimana ya... Kebutuhan aku banyak." kata Sakura.
Abian tetap memasang senyuman lembutnya, bunda selalu mengajarinya untuk tetap bersabar menghadapi siapa saja, dan Abian juga tidak menyangkal fakta bahwa dirinya miskin.
"Saya tau, saya minta maaf karena belum bisa membuat kamu menyukai saya." ujar Abian.
"Bisa di atur, asal begini... Kakak harus mau nerima perjodohan ini dan nurutin kemauan aku." tuntut Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅
Fanfiction-̲ Isi nya cuma perjuangan yang enggak ada hentinya. ----- BXB ⚠️ LOKAL ⚠️