Bunda yang selalu takut jika Abian meninggalkan nya sendirian di dunia bajingan ini, nyatanya bunda lah yang lebih dulu tinggalkan Abian, bersama luka yang bahkan belum sembuh, bersama harapan yang masih ia genggam.
Bunda, apa nggak bisa Abian menyusul bunda saja?
Galaksi dibawa kembali, bukan pulang ke rumah megah dan mewahnya, tapi disini, di rumah sederhana milik Abian, Galaksi ditidurkan berdampingan dengan jenazah bunda.
Merasa beruntung, karena syukurlah seluruh keluarga Galaksi memaklumi permintaan Abian sebagai calon suami Galaksi itu, mereka paham bagaimana rasanya, bagaimana lelahnya berjuang bersama.
Sayang, Galaksi menyerah duluan. Bersama bunda pula.
Kasihan abian, yang cuma bisa bersimpuh dengan air mata yang mengalir deras. Kasihan sekali, mata mungil nya melihat ke pintu rumahnya yang mulai ramai.
Sedih, cuma bisa menatap bunda dan Galaksi yang diam saja.
"Bunda, ada tamu. Abian nggak berani." Katanya lirih.
Kemudian, pria kecil itu memegang tubuh Galaksi yang mulai memucat, direngkuhnya tubuh yang biasa memeluk nya tanpa jeda itu.
"Galaksi, kamu paling hebat soal menyambut orang. Ada tamu, kamu nggak ingin bangun?" Abian bertanya sedih.
"Abian..."
Abian menoleh pada suara yang memanggil namanya dengan lirih. Ia dapatkan mama, papa dan juga Sandya dengan luka yang sama seperti dirinya. Mendekati tubuhnya yang rapuh, memberi usapan agar ia ikhlas melepas kepergian bunda dan Galaksi.
"Mama, bantu Abian bangunkan Galaksi." Pinta Abian.
Hati mama berdenyut nyeri, ya tuhan. Mama ingin sekali marah pada takdir yang semesta buat, kenapa jadi begini? Pertanyaan bunda perihal bagaimana bisa semua nya jadi begini.
"Sudah ya Bian, Galaksi enggak mau bangun katanya. Mau tidur, mau istirahat dulu." Ucap mama, sekuat hati ia tahan jeritannya atas kepergian putra pertama nya yang enggak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Abian menggeleng sambil mengusap air mata nya, "Kenapa Galaksi enggak bawa Abian ke pelukan nya kalau mau tidur?"
"Mas Bian. Jangan begini, sudah ya mas. Sandya enggak bisa lihat mas begini."
"ABIAN BAHKAN BELUM DINIKAHI!"
"Perginya bunda dan mas Galaksi sudah jalannya begitu. Mas Abian doakan saja ya, supaya mereka selalu baik-baik saja di tempat baru."
"Bunda, Abian siap lawan dunia untuk bunda. Abian nggak bakal ngeluh lagi, Abian bakal rajin kerja dan cari uang untuk bunda, bunda jangan pergi." Abian memohon di samping tubuh bunda.
"Galaksi, jangan tinggalin Abian sendiri. Galaksi ayo kita menikah, kita jalan-jalan."
Sandya, yang sebelum kejadian itu masih sempat bertukar kabar walau cuma candaan semata kalau dirinya mungkin jatuh cinta pada pria juga. Entah kenapa merasa bingung melihat tubuh kakak nya yang lemah dengan balutan kain putih itu disana.
Mama dan papa, yang kerelaan hatinya kembali diminta sekian kalinya, enggak sanggup untuk berbicara secara jelas, mereka cuma pandangi bagaimana wajah putra kebanggaan mereka terbaring kaku dengan luka yang disebabkan dari wanita brengsek itu.
Abian, yang ketegaran hatinya diminta untuk dilapangan, yang rasanya dibawa lari, yang kewarasannya hampir hilang ketika melihat bunda yang punya dunia nya direnggut begitu saja, Galaksi yang punya hatinya pergi tanpa beban. Ia hampir gila.
"Selamat tidur Galaksi, berjuangnya kita sudah selesai, kita lelah ya.." lirih Abian, meluruhkan segala pertahanan manusia yang melihat bagaimana cinta Abian pada pria yang ia rengkuh.
Mama peluk tubuh Abian dengan memberi usapan terhangat, walau enggak sehangat bunda, tapi semoga bisa sedikit redakan rindu dan tangisan nya Abian ya?
"Ma, abian- Abian akhirnya bertemu dengan kata ikhlas yang sebenarnya, ikhlas membiarkan bunda supaya enggak capek lagi, ikhlas membiarkan Galaksi tidur lebih dulu dari Abian." ujarnya.
"Abian, jangan nangis terus. Galaksi dan bunda kamu nanti sedih lihatnya, mereka masih disini, disisi kamu, disisi mama, papa dan sandya." Kata mama.
Papa masih pandangi Galaksi dengan wajah murung nya, Galaksi adalah anak yang paling ia sayangi, dirinya sayang pada sandya, tapi Galaksi punya setengah hati miliknya.
"Putra nya papa capek ya?" Gumam papa, sebuah pertanyaan tanpa tujuan.
-
Tangisan Abian pilu sekali, di hadapan pusara bunda, Abian peluk tanah bergunduk itu dengan lelehan air mata yang nggak kunjung mengering.
Sedih sekali, Abian yang ditinggal pergi dunianya begitu saja.
Kasihan Abian, yang suaranya habis melolong sedih sembari meremat kuat tanah basah penuh bunga milik bunda nya.
Lukanya Abian, kembali basah dan terus bertambah.
"Bunda, kalau Abian beri dunia ini, bunda kembali ya? Abian mohon."
Tangisan Abian belum juga reda, matanya sudah bengkak, tapi ia mana peduli, yang ia pedulikan adalah waktu-
Waktu bisa enggak dikembalikan? Kalau bisa tolong- Abian minta tolong agar bunda dan Galaksi bisa dikembalikan.
Kembalikan bunda dengan senyum hangatnya.
Kembalikan Galaksi, dengan cintanya yang nggak pernah habis sekalipun.
Tuhan, dunia dan isinya. Tolong kasihani Abian, sekali saja.
"Galaksi, Abian takut sendirian, Galaksi ayo pulang." Mohon nya.
"Abian, ayo pulang. Kamu tinggal sama Mama dan papa ya, kita berbahagia disana, kita buka lembaran baru ya, bisa?"
Mama yang menguatkan biarpun dia juga kehilangan, tapi mama kehilangan putranya- Abian kehilangan bunda dan calon suaminya, semuanya menanggung luka, tapi Abian menanggung sengsara di hidupnya.
Sebelum pergi dari pemakaman suram itu, Abian peluk lagi tanah bergunduk bunda, menyampaikan kasih yang meluap-luap.
Lalu, Abian hampiri tanah bergunduk dengan nisan bernamakan Giordano Bantara Galaksi, kekasih hatinya, calon suaminya.
"Jangan lupa untuk mampir ke mimpi Abian ya Galaksi. Doakan Abian mampu berjuang sendirian ya? Selalu di sisi Abian, temani kalau Abian kesepian. Abian cinta Galaksi."
Akhirnya, pada akhirnya- semual hal yang terjadi tidak akan pernah bisa di atur ulang, semua yang pergi tidak akan kembali- semua yang hilang, biarlah tetap hilang dan disimpan jadi sebuah kenangan dan tangisan.
----
Epilog satu {END}
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅
Fanfiction-̲ Isi nya cuma perjuangan yang enggak ada hentinya. ----- BXB ⚠️ LOKAL ⚠️