Tanpa sopan santun, Galaksi langsung membuka pintu ruangan Sandyakala tanpa mengetuk terlebih dahulu. Sang penghuni ruangan tentu menatap tajam, namun setelah melihat siapa yang berbuat demikian, Sandyakala memilih berbalik nggak ingin menatap.
"Giordano Sandyakala, adik kecil yang abang punya, ka- "
"Ingin apa?" Sandyakala menyela ucapan Galaksi dengan cepat.
"Makan siang, biar jadi urusan abang saja ya." Kata Galaksi.
"Biar aku."
Galaksi kasih senyuman yang terlihat dipaksakan, ia pegang pundak adiknya dengan remasan kuat.
"Biar abang yang lakukan. Kalau kamu coba cegah, abang kasih tau mama dan papa." Ucap Galaksi.
Sandya mendelik tajam, membalikan tubuhnya untuk sekedar menantang Galaksi dengan tatapan.
"Mana bisa!" Sentak Sandya.
Galaksi mengekeh pelan, "Bisa, mau mengalah atau enggak?" Tanyanya.
Butuh beberapa menit untuk Sandya berpikir, akhirnya anak itu menyetujui apa yang Galaksi inginkan, tapi tentu nggak semudah itu.
"Ada syaratnya." Kata Sandya.
"Sebutin aja mau apa."
Sandya mendekatkan mulutnya ke arah telinga Galaksi, lalu berbisik pelan.
"Cariin stranger sama kamar hotel buat Sandya malam ini, setuju gak?"
Galaksi membulatkan bola matanya, ya Tuhan anak ini!
"Sandya-"
"Kalau enggak mau ya- "
"Oke, stranger cowok atau cewek?" Galaksi bertanya, menyerah sajalah demi makan siang bersama Abian.
"Cewek boleh, cowok juga enggak masalah." Kata Sandya.
Galaksi cuma anggukan kepala, tangan nya sudah sibuk sama ponselnya, apapun itu yang penting bisa bertemu Abian bakal dia lakukan. Urusan seksual Sandya biar sajalah dia yang tanggung sendiri akibatnya.
"Kalau cewek kamu kan sudah biasa, tapi kalau cowok, memangnya kamu bisa?" Tanya Galaksi.
Sandya mengernyitkan dahinya, "Bisa apa? Ya kan sama saja."
"Enggak, takutnya karena nggak biasa dengan cowok, kamu bisa saja langsung suka."
"Kalau suka ya sudah, artinya takdirnya begitu." Jawab Sandya acuh.
"Enggak sesederhana itu, Sandyakala." Ucap Galaksi tegas.
-
Siang itu dengan penampilan rapi bak pimpinan direksi, Abian langkahkan kakinya untuk segera menapak di restoran yang sudah dijanjikan dengan mbak Gina dan pak Giordano.
Rasanya senang sekali, dada nya berdegup kencang, mungkin bisa saja copot kalau Abian nggak segera menetralkannya.
Waktu menunggunya Abian habiskan dengan mendengarkan lagu lawas yang kerap sekali bunda putar di ruang tengah rumah sederhananya. Judul lagunya; Bintang kehidupan.
Tanpa sadar pria yang Abian tunggu kedatangannya sudah duduk nyaman sembari menatap wajah manis Abian yang kini matanya tengah menutup indah.
Galaksi bawa telapak tangannya menyapa kulit halus kepunyaan Abian, jemari milik Galaksi ia biarkan mengelus mata indah Abian, membuat pria manis itu membuka matanya.
"Pria tampan, kenapa nggak bilang kalau sudah datang?" Abian tanya sembari beri senyuman.
"Supaya bisa lihat wajah kamu yang matanya tertutup." Jawab Galaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅
Fanfiction-̲ Isi nya cuma perjuangan yang enggak ada hentinya. ----- BXB ⚠️ LOKAL ⚠️