E n a m

906 166 7
                                    

Pria dengan perawakan tinggi itu tidak bergerak dari tempat awalnya, ia tetap disana, didalam mobilnya dengan pandangan yang tertuju pada dua manusia didepan mall yang nampak berbicara serius.

"Sebenarnya apa yang kamu bicarain sama dia, Abian. Ini lagi hujan." gumam pria itu.

Sedangkan di depan mall itu, Abian dan Sakura, calon sepasang suami istri Itu tengah berdebat hal yang rasanya kurang penting?

"Saya gak bawa motor atau apapun yang kamu mau Sakura, saya baru pulang ngantor." ucap Abian geram.

Sakura terus merengut kesal, "Aku gak peduli, pokoknya mau naik mobil!"

"Ya udah, saya pesenin taksi online."

"Gak mau!"

"Mau kamu apa? Cepet, saya kedinginan." melas Abian.

"Ck, nyebelin!" sungut Sakura.

Abian menghela nafasnya lelah, ya tuhan. Jika bukan karena bunda, sungguh Abian tak mau terjebak bersama gadis manja yang menyebalkan ini.

"Pesen taksi online atau enggak?" tanya Abian lagi.

"Gak mau ish!"

"Ya kamu mau nya apa Sakura?"

"Anterin sampe halte bus depan." pinta Sakura.

Mata doe Abian melotot, "Gimana?"

"Lari-larian lah." ketus Sakura.

"Di bawah guyuran hujan sederas ini? Enggak Sakura, saya gak bisa." tolak Abian.

"Kenapa?! Kamu kan laki-laki!"

"Bukan masalah laki-laki atau apa, ini hujan nya deras sekali."

"Cih, ya udah aku pulang - "

"OKE! Kita lari-larian, saya gak mau di cap pria gak bertanggung jawab cuma karena gak mau nganterin calon istri nya ke halte pas hujan deras." tutur Abian.

Merutuki dirinya yang terlampau bodoh. Lagi-lagi Abian membiarkan dirinya kembali di guyur hujan sore itu, jika ia sakit maka memang itulah akibat yang mesti ia terima.

Tak apa.

-----
F A I T H
-----

"Iya hati-hati, Sakura." ujar Abian sesaat setelah Sakura masuk kedalam bus.

Hanya anggukan yang pria kecil itu dapatkan.

Di halte bus berdiri sendirian dengan tubuh yang bergetar, Abian kedinginan. Tubuhnya kembali bereaksi karena hujan, Abian bukan nya tidak suka hujan, ia hanya takut tubuhnya akan begini. Lemah.

"Dingin banget." ucap Abian dengan bibir bergetar nya.

Pria mungil itu duduk di kursi dengan baju yang sudah sangat basah, ia terus memeluk dirinya sendiri menahan dingin.

PLUK!

Hangat.

Rasa yang hangat ini, Abian merasa ada sosok yang memberikan nya sebuah jaket, dan kini sosok itu tengah berdiri didepan nya.

Abian mendongak, tersenyum lembut ketika melihat wajah itu.

"Terimakasih, mas." ujar Abian lirih sebelum akhirnya pandangan matanya yang berubah hitam legam dan tubuhnya yang terjatuh.

Dipelukan Galaksi.

"Abian! Abian sadar! Tuhan, sudah saya bilang kan." cerocos Galaksi sambil mengangkat tubuh mungil itu kedalam mobil nya.

𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang