S e m b i l a n

816 149 4
                                    

Semilir angin malam menjadi saksi bisu tangisan pilu Abian, tangisan pria mungil itu bukan ia tujukan karena sekedar rasa sakit hati sebab ia dimarahi oleh Galaksi, tapi juga ditujukan sebab rasa bersalah pada pria itu.

Mata kecil Abian sudah mulai membengkak karena ia menangis kuat sedari tadi, sendirian di lantai teratas perusahaan milik orangtua Galaksi ini.

"Maaf mas." gumam pria mungil itu lagi.

Entah berapa kali Abian mengucapkan kata yang sama sedari tadi, ia terisak dengan tangan yang menangkup wajah kecilnya.

"Saya salah." gumamnya lagi.

"Saya yang egois, maafkan saya." suara bariton itu menyapa telinga Abian.

Membalikan tubuhnya dengam cepat, yang kini sudah berada didepan sang direktur, saling bersitatap dengan pandangan pilu.

"Saya yang salah karena marahin kamu, maafin saya Bian." ujar Galaksi.

Abian menggeleng kuat, "Mas gak salah, jelas-jelas saya yang salah disini. Maafin saya."

"Bian..." panggil Galaksi dengan nada rendah, terdengar luar biasa bagi Abian.

Pelan-pelan Abian semakin mengangkat kepalanya, menatap dengan seksama pada bola mata elang milik Galaksi.

"Ya mas?" jawab Abian terlampau pelan.

Galaksi mendekat pada si mungil, mempersempit jarak diantara keduanya hingga akhirnya ia menyatukan tubuh dirinya dan Abian, memeluk dengan erat, menumpukan kepalanya di bahu sempit Abian.

"M-mas?" ucap Abian terbata.

Abian tentu terkejut, pasalnya ini terjadi tiba-tiba, kenapa? Apa alasan Galaksi tiba-tiba memeluknya?

"Saya minta maaf." ujar Galaksi berbisik di tepi telinga Abian, sial! Daerah sensitif Abian berada disana.

Abian menutup sejenak matanya, tak bisa berbohong bahwa suara Galaksi berbisik ditepi telinganya membuat Abian bereaksi, Abian menahan desahan yang mungkin dapat keluar jika Galaksi meneruskan ucapan nya didaerah sensitifnya itu.

"S-ssaya maafkan kok." balas Abian terbata.

Galaksi mengeratkan pelukan, "Maaf Abian, membuat kamu menangis, maaf sekali."

Abian tak mau menjawab, mati-matian ia tengah berusaha tidak mengeluarkan suara, sebab tak akan sopan jika suara laknat itu terdengar oleh Galaksi. Mau taruh dimana wajahnya?!

"Harusnya saya lebih ngertiin kamu karena kamu sudah punya pasangan, mesti repot ngurus ini itu, saya emosi karena suatu hal. Maaf karena jadiin kamu pelampiasaan amarah sa— "

"Ahh, Eumh." desah Abian.

Sesudah suara itu keluar, Abian mendorong tubuh Galaksi menjauh darinya, lalu menggaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali.

Dan Galaksi membeku ditempatnya, bagaimanapun... Suara Abian tadi, Galaksi ingin mendengarnya lagi rasanya.

"Mas, eumm. Saya minta maaf mas, itu— itu soalnya tepi telinga saya sensitif banget mas, maaf pasti gak nyaman kan mas." ujar Abian dengan wajah memerahnya.

Galaksi meneguk salivanya, kewarasanya masih belum kembali rupanya, pria itu kembali mendekati Abian, namun Abian tak bergeming dari tempatnya.

Hingga sampai Galaksi kembali meraih pinggang ramping Abian lalu memeluknya untuk yang kedua kalinya malam ini.

"Saya suka." ucap Galaksi.

"Su-suka apa mas?"

"Suara kamu yang tadi, saya suka sekali."

𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang