Kotak kue dipegang, kecewa digenggam, Abian memilih pulang. Dirinya nggak ingin lama-lama berada disana, ditempat istrinya bersama pria lain. Marah juga rasanya sudah nggak berguna, pulang merupakan tempat teraman dan ternyaman saat ini.
Dalam perjalanan pulang, Abian hisap kembali nikotin yang selalu berhasil menenangkan dirinya yang kacau berantakan. Perihal kue yang ia beli, rencananya akan ia berikan pada Galaksi dan juga bunda yang semoga saja sudah memiliki sebuah jalan keluar yang paling baik.
Sebetulnya, Abian merasa segala macam bentuk ragunya tidak pernah ada yang mampu menjawabnya selama ini. Sebelum akhirnya Galaksi datang membawa segala macam bentuk yakin yang ia punya.
Abian merasa bunda pasti enggak akan menolak pria baik itu lagi, bunda harusnya saat ini sudah yakin pada Galaksi sama seperti dirinya.
"Kalau bunda masih belum rela, saya harus apa lagi ya.." gumam Abian.
Bingung, kalau benar bunda masih mempertahankan hatinya yang terlampau keras itu, Abian harus apa ya.Tapi sejujurnya Abian yakin dan percaya, biar bunda hatinya sekeras batu, tapi sentuhan bunda selembut sutra. Bunda adalah bunda terbaik yang Abian punya.
Selesai dengan pikirannya yang kacau balau, Abian tiba di rumah nya. Rumah yang ia kira akan menjadi tempat ternyaman, rupanya kini sudah hadir orang tua Sakura, yang memaki bunda di depan pintu dan Galaksi yang berusaha membela diri.
"I-ini kenapa? Pa?" Abian bertanya dengan nafas terengah didepan mertuanya itu.
Pria yang Abian panggil papa itu menoleh menatapnya tajam, lantas mendorong tubuh Abian hingga si mungil limbung.
"Jangan kamu pikir karena pak Giordano ada di pihakmu, kamu jadi semena-mena begini Abian." Kata papa lantang.
Abian mengerutkan dahinya bingung, "Maaf pa, Abian kan tanya, ini ada apa? Kalau perihal masalah yang lagi terjadi, kita bicarakan di dalam saja." Katanya.
"Saya enggak sudi! Kelihatan nya kamu ini anak luar biasa pintar dan bijaksana dalam hidup, rupanya memang sudah menyimpang dan nggak bisa menemukan jalan pulang untuk kembali normal ya." Tutur papa.
"Kalau menyimpang, hak bapak apa saya tanya?" Galaksi ajukan pertanyaan sembari berjalan ke hadapan Abian, mengambil kue dari tangan si mungil lalu meletakan kue itu di meja terdekat.
Sedangkan papa dari gadis bernama Sakura itu mengumbar senyum masam nya, lalu ikut memundurkan tubuhnya menjauhi Galaksi.
"Pak Gior, saya nggak masalah selagi bapak nggak menganggu perusahaan NCA, tapi rasanya sedikit berlebihan kalau sampai mengakuisisi kan?" Papa bertanya.
Galaksi menggeleng kan kepalanya, "Saya punya kuasa, daripada menunggu lebih baik saya akuisisi sekarang kan. Toh, perusahaan saya memang berniat begitu." Balasnya angkuh.
Bu Erna dan juga suaminya lantas tertawa setelah mendengar ucapan Galaksi, pikirnya anak muda yang sok menantang dunia ini memang belagak sekali.
"Sudahlah, pun saya dan suami nggak ingin komentar banyak mengenai anak muda yang menyimpang dari jalan ini...
... Arah pembicaraan kami hari ini, saya cuma mau kasih tau sama kamu Abian, mestinya kamu diam saja dan jangan memberontak." Kata Erna.
"Maksud ibu?" Abian bersuara dibalik punggung lebar Galaksi.
Bu Erna maju selangkah, menyunggingkan senyum aneh sembari menunjuk bunda dengan tatapan merendahkan.
"Ginjal yang bunda mu pakai untuk hidup sampai sekarang itu milik anak saya, kamu mana tau hal itu, kan waktu itu kamu masih sibuk kuliah ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐍𝐞𝐢𝐠𝐡𝐛𝐨𝐮𝐫𝐡𝐨𝐨𝐝 [CHANBAEK END] ✅
Fanfiction-̲ Isi nya cuma perjuangan yang enggak ada hentinya. ----- BXB ⚠️ LOKAL ⚠️