Satu minggu setelah hubungan mereka resmi berakhir, Taehyung terus menunggu Jisoo di depan kantornya. Dia terus mendekat dan berusaha menjelaskan semua, tetapi Jisoo memilih abai.
Tidak hanya menunggu di depan kantor, Taehyung pun terus meneror Jisoo dengan menelpon dan mengirim pesan meminta perempuan itu mendengarkan semua. Tapi sekali lagi, Jisoo mengabaikan itu semua.
Minggu kedua, Taehyung tidak lagi menunggu Jisoo di depan kantor dan berhenti menghubunginya. Jisoo tidak tau alasannya apa, tapi mungkin Taehyung telah lelah atau dia telah memiliki kekasih yang lain.
Melihat kegigihan Taehyung membuat Jisoo akhirnya luluh juga. Dia berniat akan mendengarkan semua apa yang ingin Taehyung katakan. Tapi siapa sangka di minggu berikutnya lelaki itu tidak pernah terlihat lagi.
Kecewa? Tentu saja. Sempat terpikir bahwa itu hanya salah paham dan Jisoo berniat memaafkan Taehyung. Tapi ketidakhadiran lelaki itu membuat Jisoo kembali tidak mempercayainya.
"Jis, kamu sudah menyiapkan barang-barang untuk ke luar kota besok?" tanya Minhyun mengagetkan Jisoo yang sedang melamun.
Sebenarnya sudah sejak beberapa hari ini Minhyun memperhatikan Jisoo yang belakangan ini sulit konsentrasi, padahal biasanya tidak seperti ini. Meskipun anak dari pemilik kantor ini, tidak serta merta membuatnya berbuat seenaknya. Dia begitu menghargai semua senior yang ada.
"Ya?"
Minhyun tersenyum maklum melihat wajah bingung Jisoo. "Sudah menyiapkan barang-barang untuk besok? Ingat loh, kita di sana hampir enam bulan."
Tidak perlu diingatkan pun Jisoo telah mengingatnya dengan baik. Seharusnya bukan Jisoo yang pergi ke luar kota menemani Minhyun melainkan karyawan yang lain. Tapi karena satu dan lain hal dia berhalangan hadir.
Jisoo yang saat itu—sebenarnya sampai sekarang—sedang patah hati pun mengajukan diri. Dia beralasan ingin mengembangkan diri. Awalnya, Jiyong sempat berat dan tidak mengijinkan mengingat lokasi pembangunan yang berada di dekat hutan. Tapi karena terus dibujuk akhirnya dia luluh juga.
"Sudah," jawab Jisoo.
"Besok langsung ke bandara saja, kita bertemu di sana."
Jisoo mengangguk setuju. Dia berharap kepergiannya selama enam bulan ke depan dapat menghilangkan perasaannya pada Taehyung.
Jisoo tau tidak seharusnya dia bersikap seperti ini. Tapi dia terlalu bingung menata kembali hatinya selain pergi sesaat menjauh dari sumber alasan.
"Maket yang saya minta bagaimana? Kamu sudah selesai membuatnya?" tanya Minhyun begitu dia mengingat alasan mendatangi Jisoo di mejanya.
"Sudah. Kamu ingin melihatnya lebih dulu?" tawar Jisoo yang langsung saja Minhyun setujui.
Jisoo mengangkat maket yang dibuat dan memperlihatkannya pada Minhyun. Lelaki itu tersenyum puas begitu melihat hasil kerja Jisoo. Perempuan ini memang tidak pernah mengecewakan jika menyangkut pekerjaan.
"Good, kamu sudah mengerti apa saja yang nanti akan kita bahas?" Jisoo mengangguk, yang tidak tau sudah ke berapa kalinya.
"Saya harap rapat nanti berjalan dengan lancar. Oh, ya. Tiga puluh menit lagi kita berangkat, ya. Saya ke ruangan Pak Jiyong dulu, ada yang harus dibicarakan." Pamit Minhyun.
Selagi menunggu, Jisoo kembali mengerjakan pekerjaan yang masih bisa ditangani. Kepergiannya selama enam bulan ke depan membuat proyek yang seharusnya dipegangnya diambil alih oleh yang lain. Jisoo tentu saja tidak keberatan.
Seperti yang dikatakan Minhyun tadi, tiga puluh menit kemudian mereka berjalan beriringan keluar. Tidak banyak yang dibicarakan, mereka hanya akan membuka suara jika itu berkaitan dengan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The [Shit] Architect And Me
FanfictionMembuktikan kemampuan yang dimiliki olehnya pada semua orang adalah keinginan Jisoo, tetapi semua itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan. Taehyung, satu nama yang akhir-akhir ini memasuki dunia Jisoo. Seseorang yang mendaklarasikan cinta serta ri...