Selama di dalam perjalanan bahkan setelah sampai rumah sakit, dia masih biasa saja. Tidak ada perasaan gugup seperti yang pernah Jin ceritakan begitu pertama kali bertemu keluarga Irene. Dia masih santai karena beberapa kali bertemu Jiyong di seminar-seminar yang pernah di datangi. Tapi kenapa mendadak perutnya merasa mulas begitu sampai di lantai di mana Jiyong dirawat.
Saat bertemu waktu itu statusnya hanya peserta seminar di mana Jiyong menjadi motivatornya, tapi kali ini berbeda. Dia bertemu sebagai teman dekat putrinya. Selama ini Taehyung tak pernah menyangka akan bertemu Jiyong dengan alasan pribadi bukan pekerjaan.
Kembali memikirkan hal itu membuat perutnya tambah mulas. Saat ini dia seratus persen percaya dengan apa yang Jin ceritakan dulu. Taehyung merasa menyesal karena telah menuduh Jin berlebihan saat itu.
Andai saja dia lelaki pengecut sudah pasti saat ini dia akan membalikan badan dan pulang ke rumah. Apalagi Jisoo yang tidak tau sejak kapan telah berjalan beberapa langkah di depannya.
Sebenarnya dia cukup bingung dengan respon tubuhnya, kenapa sesuatu hal yang berhubungan dengan Jisoo membuatnya seperti remaja yang baru saja kasmaran. Bahkan Yeonjun, adiknya tak pernah seperti ini.
Bisa dipastikan jika dia cerita dengan Yeonjun apa yang sedang dia rasakan saat ini, adik tampannya itu sudah pasti tertawa puas. Uh, memikirkannya saja sudah membuatnya kesal.
"Taehyung, kenapa jalan di belakang?" Jisoo bertanya sembari membalikkan badan. Dia baru sadar Taehyung berada beberapa langkah di belakangnya. Keadaan rumah sakit yang cukup ramai membuatnya tidak begitu menyadari. "Ayok, itu ruangan ayahku sudah di depan, tinggal belok kanan setelah itu sampai."
Menyampingkan perutnya yang masih terasa mulas, Taehyung berjalan cepat menghampiri Jisoo yang menunggu.
"Jis, ini aku nggak bawa apa-apa loh." Taehyung bersuara.
"Ya emang kenapa? Lagian ayah udah mau pulang kok hari ini."
"Ayah kamu udah mau pulang hari ini?" Taehyung tidak bisa menutupi keterjutannya saat ini. Dipikir dia hanya mengantar dan menjenguk barang sejenak karena mau bagaimana pun juga dia masih merasa gugup jika bertemu dengan alasan pribadi. Mungkin jika itu tentang pekerjaan dia tak akan segugup ini. Membayangkan bersama di mobil saja sudah membuatnya ingin ke kamar mandi segera. Astaga ke mana Taehyung yang dulu.
"Iya, kamu kenapa kok kaya yang kaget gitu? Sudah pernah ketemu ayah beberapa kali, 'kan?" tanya Jisoo.
Taehyung mengangguk mengiyakan. "Sudah, beberapa kali, dalam dan luar kota."
Jisoo tersenyum yang membuat kecantikannya berkali lipat. Taehyung selalu suka melihat senyum Jisoo yang terlihat tulus. Jika diberi pilihan hal apa yang ingin dia lihat terakhir kali, maka sudah pasti senyum perempuan di depannya ini.
Semakin lama menghabiskan waktu bersama membuatnya tambah yakin dengan perasaannya. Semua sudah terlihat jelas di matanya.
"Gimana? Ayah baik, 'kan? Jadi kamu santai aja. Ayah selalu welcome kok sama siapa pun." Jisoo sengaja berkata seperti itu karena melihat wajah Taehyung yang tegang sejak mereka sampai di lantai ini. Lagian dia bicara jujur kok, ayahnya memang selalu terbuka dengan semua hal yang berhubungan dengan anak-anaknya.
"Iya."
Jisoo mengangguk begitu mendapati wajah Taehyung sudah tidak setegang tadi. Membelokan badan ke lorong sebelah kanan, dia langsung membuka pintu begitu sampai di depan ruang inap ayahnya, tapi sebelum itu dia menoleh hanya ingin memastikan Taehyung.
Sebenarnya jika ingin bicara jujur dia juga gugup mempertemukan Taehyung dengan ayahnya. Selama ini dia belum pernah membawa teman lelakinya bertemu dengan Jiyong. Taehyung adalah orang pertama.
Menarik napas pelan dan memejam sesaat sebelum tangannya membuka pintu dan masuk ke dalam yang diikuti Taehyung di belakangnya.
× The [Shit] Architect and Me ×
Saat ini Jiyong dan Taehyung tengah berbincang, tidak tau membicarakan apa. Saat bertanya pun Jiyong hanya menjawab itu urusan lelaki, perempuan sepertinya tidak boleh tau.
Tadi, begitu dia masuk ayahnya langsung bisa menganali Taehyung yang merupakan arsitek muda yang berbakat. Ayahnya bahkan tak segan memuji Taehyung. Dan karena hal itu pulalah Taehyung yang baru saja pulang kerja malah disodorkan pertanyaan berat perihal pembangunan jembatan layang yang tak kunjung selesai karena banyak uangnya dimakan oleh pemerintah dan kontraktor itu sendiri.
Mendengar itu tentu saja Jisoo langsung memarahi ayahnya. Baru saja akan pulang ke rumah, tapi sudah membicarakan perihal pekerjaan saja. Dia berani jamin jika besok bukan hari libur, sudah pasti ayahnya itu akan kembali bekerja seperti biasa. Libur dua hari saja ayahnya itu sudah terus mengeluh bosan padanya.
Menutup resleting tas yang berisi pakaian dan perlengkapan ayahnya selama dua hari ini, Jisoo meletakannya di atas meja yang berada di ruang perawatan.
"Sudah?" tanya Jiyong begitu sadar Jisoo telah meletakan tasnya.
"Ya, aku cuma beresin beberapa, selebihnya telah dibereskan oleh suster tadi." Jisoo menjawab sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada.
"Sudah mau langsung pulang, Om?"
Taehyung memang sudah tidak memanggil Jiyong dengan sebutan 'pak' lagi karena ini merupakan permintaan Jiyong sendiri. Dia beralasan bahwa saat ini Taehyung adalah teman putrinya, bukan rekan seprofesi seperti dulu.
Awal bertemu dia masih gugup, tapi seperti apa yang Jisoo bicarakan tadi. Ayahnya sangat terbuka dan itu membuatnya nyaman. Dia bahkan betah berlama-lama berbincang karena wawasan Jiyong yang luas.
Di antara semua itu, Taehyung patut bersyukur karena Jiyong tak mempertanyakan perihal penurunan kinerja kantornya. Dia tau Jiyong pasti sudah mendengarnya, tapi tidak sedikit pun ia membahasnya.
"Ayok, kebetulan om udah bosen banget di sini."
Taehyung mengangguk dan segera mengambil alih tas yang Jisoo pegang. "Biar aku aja yang bawa, kamu bantu Om Jiyong saja."
Tanpa banyak bicara Jisoo mengangguk dan membantu ayahnya berdiri. Sempat terjadi perdebatan antara ayah dan anak itu. Jiyong kekeuh tidak ingin dibantu karena katanya dia hanya kelelahan saja, bukan mengidap penyakit yang mematikan. Mendengar itu tentu saja Jisoo marah, tak terima ayahnya bicara sembarangan.
"Kamu lihat sendiri, kan, Taehyung, Jisoo itu memang kadang berlebihan. Tahan-tahan saja ya dengan sifatnya yang satu ini saat kalian resmi berpacaran nanti."
Mendengar itu baik Taehyung maupun Jisoo tidak bisa menutupi salah tingkahnya, terlebih lagi Jisoo saat ini bahkan pipinya sudah seperti memakai blush on saja. Ayahnya ini kenapa bicara sembarangan si, jika Taehyung merasa tidak nyaman bagaimana.
"Ayah, apa yang ayah bicarakan?" omelnya.
"Loh? Kenapa? Ayah bicara yang benar kok. Saat ini kalian pasti sedang apa itu namanya ayah lupa-ah, ya, pendekatan. Benarkan nak, Taehyung?"
Jisoo memejam sesaat sebelum menarik lengan ayahnya keluar. Jika semakin lama dibiarkan ucapan yang dikeluarkan ayahnya ini akan semakin melantur. "Sudah, lebih baik kita keluar sekarang. Ayah sudah bosan di sini, 'kan?"
Jisoo berjalan di depan tanpa menoleh ke arah Taehyung sama sekali.
-tbc-
_________________________________Ayahnya aja peka masa anaknya nggak -Taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
The [Shit] Architect And Me
FanficMembuktikan kemampuan yang dimiliki olehnya pada semua orang adalah keinginan Jisoo, tetapi semua itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan. Taehyung, satu nama yang akhir-akhir ini memasuki dunia Jisoo. Seseorang yang mendaklarasikan cinta serta ri...