The [Shit] Architect and Me 31

2.3K 306 5
                                    

Menjaga Taehyung yang sedang sakit rupanya cukup membuat Jisoo kewalahan. Bagaimana tidak? Mengambil gelas yang hanya berjarak tidak lebih dari satu meter saja dia meminta tolong padanya.

Tidak hanya itu, lelaki dewasa yang mendadak bertingkah seperti bayi itu juga akan melakukan berbagai cara untuk menahan Jisoo lebih lama. Dia akan berpura-pura mengeluh kesakitan yang membuat Jisoo kuatir.

Jisoo yang kelelahan bahkan sampai tertidur di kursi samping ranjang pasien. Menjaga Taehyung hampir lima jam rupanya benar-benar menguras tenaga. Menjaga Taehyung tidak ada bedanya dari merawat bayi. Bahkan mungkin lebih parah.

Taehyung mengerjapkan mata begitu tersadar dari pengaruh obat. Dia mengulas senyum begitu melihat wajah Jisoo. Tangannya terulur mengelus rambut perempuan itu dengan sayang.

Melihat Jisoo yang kelelahan seperti ini sebenarnya membuatnya tidak tega. Tapi dia tidak tahu lagi bagaimana cara menahan Jisoo lebih lama selain mengeluh kesakitan.

Mengenai jarak yang sempat terjadi di antara mereka membuatnya banyak tersadar. Arti Jisoo dalam hidupnya ternyata lebih dalam dari pikirannya selama ini. Perempuan ini terlalu berarti baginya.

Tapi setidaknya saat ini dia dapat bernapas lega. Jisoonya telah kembali meskipun tidak sepenuhnya. Taehyung dapat melihat keraguan di mata cantik itu, meskipun samar.

Sebenarnya apa yang membuat Jisoo ragu? Dia telah menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

"Sudah bangun?" tanya Taehyung begitu Jisoo mengerjapkan mata beberapa kali dan menatapnya polos.

"Maaf, aku ketiduran," ujar Jisoo sembari mengucekan mata. Meluruskan punggung, dia menatap Taehyung bertanya, "Kamu ada perlu sesuatu?"

Taehyung menggeleng dan berusaha bangkit sendiri. Sebelum Jisoo berniat membantunya, Taehyung bersuara menolaknya. Dia tidak ingin lagi merepotkan perempuan itu.

Melihat Taehyung yang seperti menahan sakit dan masih terus berusaha melakukannya sendiri membuatnya gemas. Dasar keras kepala.

"Biar aku taikin ranjang kamu." Kali ini Taehyung mengangguk, tidak lagi menolak.

"Makasih," imbuh Taehyung begitu dia telah duduk dengan nyaman.

"Kamu butuh sesuatu? Atau mau minum air putih?" tawar Jisoo.

Taehyung yang memang merasakan tenggorokannya kering sejak bangun tidur tadi pun mengangguk. Berniat mengambil gelas yang ada di samping ranjang, dia mendengus kesal begitu menyadari gelas itu kosong.

"Aku ambilin dulu. Kamu duduk aja."

Tangan Jisoo yang baru saja akan mengambil gelas kosong itu ditahan oleh Taehyung. "Kenapa?" tanya Jisoo tidak mengerti.

"Nggak usah. Aku nggak haus kok. Kamu duduk aja lagi."

Jisoo mengangguk paham. "Kalau begitu aku yang haus. Awas, tangan kamu. Aku mau ambil minum dulu."

Taehyung meneguk ludah kasar begitu melihat air putih yang berada di tangan Jisoo. Minuman berwarna bening itu seolah makanan lezat di mata Taehyung yang sedang kehausan. Ingin meminta, tapi dia terlanjur berkata tidak haus.

"Kenapa? Kamu mau? Tadi katanya nggak haus," goda Jisoo sembari menggoyang-goyangkan gelas di depan mata Taehyung.

"Ng-ngak. Kata siapa aku mau." Jisoo mengangguk dengan menahan senyum geli melihat Taehyung yang masih mempertahankan kebohongannya.

Mengangkat bahu acuh, Jisoo menaruh gelas yang masih terisi penuh air di atas meja. "Aku ke kamar mandi bentar, ya."

Sebenarnya Jisoo tidak perlu ke kamar mandi, tapi melihat wajah Taehyung yang kehausan dan masih tetap ingin mempertahankan kebohongannya membuatnya tidak tega.

The [Shit] Architect And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang