Waktu sudah hampir tengah malam begitu Jisoo sampai di rumah. Sebenarnya acara telah selesai sejak tadi, tapi mereka-lebih tepatnya Taehyung-diseret oleh teman-temannya begitu ketahuan berpelukan dengannya.
Jangan ada yang tanya bagaimana malunya Jisoo saat itu. Dia bahkan masih merasakan pipinya memanas hanya karena mengingatnya. Jika dikatakan dengan intonasi yang biasa saja, pasti dia tidak akan semalu itu, tapi ini mereka meminta penjelasan sembari berseru heboh.
Begitu seruan itu terdengar dia langsung mendapatkan tatapan mata menggoda oleh semua orang yang mendengar itu. Jika hanya kekasih dan teman-temannya Taehyung, dia masih bisa menanganinya, tapi ini keluarga serta kerabat Irene dan Jin pun mendengarnya.
Berkebalikan dengan Jisoo yang menunduk malu, lelaki yang telah resmi menyandang status kekasihnya itu malah tersenyum konyol dan dengan jelas mengatakan pada semua orang bahwa saat ini dengan resmi mereka menjalin hubungan.
Respon yang diterima sesuai dengan apa yang dibayangkan. Mereka berseru heboh sembari mengucapkan selamat dan tidak lupa meminta traktiran.
Taehyung yang mendengar itu tentu saja berseru tidak terima, dia sempat mengajukan protes dan menolak acara-paksaan-traktiran itu, tapi semua mendadak tuli. Mereka tidak peduli apa yang Taehyung katakan dan cenderung heboh memikirkan tempat mana yang pas.
Jisoo yang kebetulan saat itu berada di samping Taehyung hanya bisa mengusap punggungnya sembari memberikan senyuman terbaiknya.
"Tolong, tempatnya yang tahu diri dikit, ya," ujar Taehyung yang sepertinya sudah pasrah. Percuma mengajukan protes jika tak didengar.
"Santai, kita minta traktirnya nanti aja pas di Bali, jadi sekarang lo masih bisa ngumpulin uangnya dulu, Brother," Jimin berkata santai sembari mengedipkan sebelah matanya.
Taehyung yang mendengar itu hanya bisa menarik napas pasrah. Sudah dapat dipastikan liburan kali ini dia akan mengeluarkan nominal yang tak sedikit, mengingat bagaimana tidak tahu dirinya teman-temannya itu jika memesan sesuatu, mereka bahkan memesan tanpa melihat harga.
"Nanti kita bagi dua aja bill-nya, ya."
Oh, tentu saja gagasan Jisoo langsung ditolak mentah-mentah oleh Taehyung. Dia tidak akan membuat Jisoo mengeluarkan uang sedikit pun hanya untuk mentraktir teman-temannya. "Nggak usah lah ngapain, aku masih bisa kok bayarin mereka. Kamu tenang aja, ya."
"Iya Jis, tenang aja, tabungan Taehyung banyak kok. Jadi nggak perlu khawatir bakal habis," kelakar Hobi. Jisoo yang mendengar itu tentu saja menggeleng pelan sembari tertawa geli. Tanpa perlu diberi tahu pun dia sudah tahu. Jisoo hanya ingin membantu Taehyung saja, tidak lebih.
Suara deringan ponsel yang cukup keras rupanya mampu membuyarkan lamunannya. Bangkit dari kasur, buru-buru Jisoo mengambil ponsel dan melihat siapa yang menelponnya tengah malam seperti ini.
Mengulumkan bibir ke dalam, Jisoo berusaha menahan senyum. Melihat nama Taehyung terpampang di ponsel rupanya cukup membuat kewarasannya hilang. Selama ini Jisoo belum pernah merasakan seperti ini; perasaan yang membuncah kesenangan.
Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, membuat panggilan itu terputus. Jisoo yang bingung harus melakukan apa hanya diam menatap ponsel. Haruskah dia menelpon Taehyung kembali atau hanya diam menunggu Taehyung menelponnya lagi.
Menghela napas pelan, Jisoo memutuskan menelpon Taehyung kembali, tapi sebelum itu Taehyung sudah lebih dulu menelponnya.
Tidak ingin kejadian tadi terulang, Jisoo cepat-cepat mengangkatnya pada dering kedua. Menempelkan ponsel ke telinga, Jisoo membawa tubuhnya ke atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The [Shit] Architect And Me
FanfictionMembuktikan kemampuan yang dimiliki olehnya pada semua orang adalah keinginan Jisoo, tetapi semua itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan. Taehyung, satu nama yang akhir-akhir ini memasuki dunia Jisoo. Seseorang yang mendaklarasikan cinta serta ri...