The [Shit] Archirect and Me 13

2.5K 390 5
                                    

Setelah meninggalkan Taehyung bersama temannya, cepat-cepat dia keluar untuk menghampiri Junkyu yang sudah sejak tadi mengirim pesan menyuruhnya cepat sampai.

Baru saja Jisoo sampai di hadapan Junkyu sudah disuruh cepat-cepat naik motor. Melajukan kendaraan dengan kecepatan lumayan tinggi, Jisoo memukul pelan bahu adiknya. Mengerti maksud Jisoo, segera Junkyu memelankan laju kendaraannya.

Waktu yang ditempuh cukup lama karena jarak dari rumah ke MCD yang Jisoo datangi tadi cukup jauh. Untung saja tadi saat sedang makan adiknya itu memberi tahu bahwa dia sedang di sekitar tersebut. Tak ingin merepotkan dan membuat Taehyung pulang lebih lama Jisoo meminta Junkyu menjemputnya dan pulang bersama.

Sebenarnya Jisoo senang tadi Taehyung bertemu teman lamanya, tapi tidak tau kenapa ada rasa tak suka yang menyelimutinya. Maka dari itu cepat-cepat dia meminta Junkyu menjemputnya, meskipun sempat terjadi perdebatan karena Junkyu yang masih ingin bermain dengan teman-temannya.

Melihat kendaraan ayahnya yang masih belum terparkir Jisoo menarik napas pelan. Sudah hampir setengah sebelas malam, tapi sampai saat ini belum pulang-pulang juga. Padahal tadi ayahnya bilang akan pulang paling lambat pukul sepuluh, tapi ini apa.

"Masuk Kak, ayah kayanya pulang tengah malam lagi." Suara Junkyu menyadarkan Jisoo yang masih melihat jalanan di depan rumah, berharap dapat melihat mobil ayahnya.

Mengikuti langkah Junkyu yang masuk ke dalam rumah. Jisoo langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Kasur yang ada di hadapannya melambai-lambai minta ditiduri, tapi sebelum itu dia masuk ke dalam kamar mandi; membersihkan diri dari debu dan polusi yang ada.

Cukup lama dia berada di dalam kamar mandi sebelum keluar dengan wajah dan tubuh yang sudah lebih segar lagi. Badan yang tadinya bercampur antara bau keringat dan parfum kini berganti menjadi aroma sabun yang menyegarkan.

Mencolokan kabel ke listrik segera dia mengeringkan rambut yang basah. Bunyi hairdryer yang cukup bising membuat dia tak mendengar suara ketukan pintu. Dia masih terus menggunakan benda tersebut sampai dirasa rambutnya telah kering.

"Kak!" panggil Junkyu yang dilanjut dengan suara ketukan pintu.

"Iya, sebentar!" teriaknya sembari mencabut kabel hairdryer dan menaruhnya kembali di tempat semula.
Berjalan menuju pintu, diputarnya kunci kamar dan membukanya segera.

Tadinya Jisoo ingin mengomeli Junkyu yang belum ganti baju, tapi itu semua tertahan begitu mendapati raut wajah khawatir Junkyu. "Kenapa?"

"Ayah ... ayah, Kak."

"Ayah kenapa? Kalau ngomong yang benar. Jangan buat kakak khawatir."

Jisoo menatap Junkyu cemas. Walaupun belum tau ayahnya kenapa, tapi firasatnya mengatakan apa yang akan Junkyu katakan nanti pasti bukan sesuatu yang bagus.

"Ayah pingsan tadi di kantor."

"Kamu serius?" Bukannya Jisoo tak mempercayai adiknya, tapi saat di kantor tadi kondisi ayahnya masih baik-baik saja. Dia bahkan sempat ikut turun ke lapangan bersama Minhyun tadi.

"Iya, tadi Kak Minhyun yang bilang," ucap Junkyu, "tadi dia nelpon Kakak, tapi nomornya nggak aktif. Makanya dia nelpon aku, untung aja aku udah tukeran nomor sama Kak Minhyun, coba kalau nggak? Pasti kita belum tau kabar ini pasti."

The [Shit] Architect And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang