Kalau ingat kejadian satu minggu yang lalu, rasanya Taehyung ingin menenggelamkan diri saja ke Sungai Amazon saja.
Dia ingat betul bagaimana semangatnya dia datang ke rumah sakit untuk menemui "gadis kartu nama" tersebut, tapi harapan hanya tinggal harapan. Bukannya menemui gadis itu, dia malah bertemu dengan teman arisan mamanya yang sedang duduk manis menunggunya.
Jika hanya meminta konsultasi mungkin Taehyung tak akan semalu ini, tapi dia sempat melakukan gombalan dengan berkata akan mengantarkan pulang dan makan malam bersama.
Uh ... tolong segera tenggelamkan Taehyung.
Saat itu dengan terpaksa Taehyung tetap melakukan konsultasi perihal lebam-lebamnya. Dia sempat curi-curi informasi tentang gadis kartu nama tersebut. Dan dari semua itu dia hanya mendapatkan informasi jika teman arisan mamanya itu dokter keluarga gadis tersebut.
Di antara semua itu, Taehyung bersyukur jika teman arisan mamanya itu tak memberi tahu perihal kejadian memalukan itu pada mamanya. Karena jika, ya, bisa-bisa Taehyung menjadi objek bully-an keluarganya.
Tapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berada dipihaknya, buktinya saja hari ini dia disuruh membeli belanja bulanan oleh mamanya. Tidak taukah mamanya bahwa hari minggu adalah waktu Taehyung untuk bersantai-santai ria di dalam kamarnya, bukan berkeliling pusat perbelanjaan seperti ini.
Menelik ponselnya untuk melihat list (disertai gambar produk agar Taehyung tak salah pilih) barang apa saja yang akan dibeli.
"Huh ... banyak sekali," desahnya putus asa. Dengan langkah malas-malasan Taehyung mendorong troli belanjanya.
Pantas saja tadi Yeonjun—adiknya—menolak dengan keras saat Taehyung ajak ke sini, rupanya dia telah tau seberapa banyak belanjaan yang akan dibeli.
Mata Taehyung membola dengan besar begitu dilihatnya barang selanjutnya yang akan dibeli. Wajahnya terlihat nelangsa begitu memasuki wilayah khusus kebutuhan perempuan.
Sepertinya keputusan Taehyung untuk pulang ke rumah orang tuanya adalah kesalahan. Andai saja, dia tak pulang ke rumah pasti saat ini dia sedang menikmati hari liburnya dengan bersantai di apartemen miliknya.
"Biasanya perempuan lebih nyaman memakai yang di sebelah kanan itu." Hampir saja Taehyung menjatuhkan benda yang dipegang begitu suara perempuan mengajutkannya.
Kembali mata Taehyung membulat dengan besarnya. Dia tidak menyangka akan bertemu gadis kartu nama dalam keadaan seperti ini. Tapi apa pun itu, dia tidak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada di depan mata.
"Untuk kekasihmu?" Karena tak menerima respon apa pun dari Taehyung, gadis kartu nama tersebut kembali bersuara.
"Oh, bukan, ini untuk mamaku." Taehyung kembali bisa menguasai suasana yang ada.
"Sepertinya aku pernah melihatmu," tanya gadis kartu nama tersebut dengan kening berkerut.
Oh tentu saja, mereka pernah bertemu dan karena pertemuan itulah Taehyung sampai bisa merayu teman arisan mamanya, tetapi Taehyung tak akan sebodoh itu untuk berbicara jujur.
"Benarkah? Kupikir ini pertemuan pertama kita." Suara Taehyung terdengar sangat meyakinkan di telinga gadis kartu nama tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The [Shit] Architect And Me
FanfictionMembuktikan kemampuan yang dimiliki olehnya pada semua orang adalah keinginan Jisoo, tetapi semua itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan. Taehyung, satu nama yang akhir-akhir ini memasuki dunia Jisoo. Seseorang yang mendaklarasikan cinta serta ri...