Sudah tiga hari ini Taehyung berlibur ke Bali bersama teman-temannya. Sesuai janji yang Jin ucapkan, seminggu setelah pertunangan mereka bertujuh bertolak ke pulau dewata.
Tanpa didampingi pasangan membuat mereka bertujuh leluasa melakukan apa pun. Mau pergi ke mana pun tidak ada lagi yang melarang, seperti saat ini. Mereka sedang berkumpul di salah satu klub malam yang memang terkenal di Bali.
Hobi dan Namjoon yang memang sendiri langsung saja melangsungkan rayuan begitu melihat perempuan yang menarik. Jika biasanya Taehyung akan ikut serta, tetapi malam ini pengecualian. Setiap ingin mendekati perempuan lain, senyum manis serta tawa Jisoo selalu menghantuinya.
Menatap hingar bingar yang ada di depan mata, Taehyung menatap malas Jungkook yang sudah mabuk serta terus meracaukan nama sang kekasih.
Taehyung mendengus sebal begitu merasakan bahunya disenggol oleh Jimin. "Kenapa?"
"Teman lo galau kayanya," kata Jimin. Dagunya terangkat—menunjuk Jungkook yang tidak berhenti meracau.
"Nggak tau. Dia nggak cerita apa-apa ke gue."
Meskipun terbilang cukup dekat, tetapi mereka tidak pernah mencampuri urusan pribadi masing-masing kecuali jika orang itu cerita sendiri. Bukan tidak peduli, tetapi mereka sangat menghargai privasi masing-masing.
"Lo gimana sama Jisoo?" Jimin membelokkan pembicaraan begitu saja.
Wajah Taehyung yang semula tampak jenuh langsung berubah begitu mendengar nama Jisoo diucapkan. Bahkan, tangannya yang akan menuangkan alkohol ke dalam gelas menjadi tertahan. "Baik. Sangat baik malah. Dia mulai sedikit terbuka sama gue."
"Terbuka? Memangnya selama ini dia tertutup gitu sama lo?"
Taehyung membenarkan duduknya sebelum menjawab, "Bisa dibilang gitu."
"Maksudnya gimana? Gue nggak ngerti." Jimin memajukan badan ke arah Taehyung. Tak dihiraukannya lagi Jungkook yang kembali meracau tidak jelas.
Taehyung menengadahkan kepala begitu mengingat awal pertemuan pertama mereka sampai terakhir saat perempuan cantik itu mengantarnya sampai Bandara. Sudut bibirnya dengan tersendiri menarik ke atas membentuk senyuman.
"Dulu, dia kaya jaga jarak sama gue. Malah, kadang gue mikir kalau dia cuma nganggep gue orang lain, tapi belakangan ini sikap dia mulai berubah. Dari yang awalnya nggak peduli kalau gue nggak hubungin dia selama apa pun itu, sekarang seharian gue nggak ada kabar pasti dia cariin. Atau, saat dia main ke apartemen, dia bawain gue muffin terus siangnya dia masakin gue makanan. Dia juga marahin gue pas tau gue sering beli makan di luar."
Sial! Membicarakan Jisoo rupanya membuat rasa rindu Taehyung bertambah, padahal baru pagi tadi mereka video call, tapi tetap saja rasanya berbeda jika bertemu langsung.
"Lo bahagia sama dia?"
Pertanyaan Jimin langsung dijawab anggukan pasti oleh Taehyung. "Tentu."
Jimin mengangguk sebelum kembali bersuara. "Lo udah benar-benar berhenti?"
Mengerti apa maksud pertanyaan Jimin, sekali lagi dia mengangguk. "Lo bisa lihat sendiri buktinya."
Sekali lagi Jimin mengangguk. Bermalam di kamar yang sama membuatnya mengetahui kebiasaan yang akan Taehyung lakukan sebelum jatuh terlelap. Seperti, selalu melakukan panggilan video bersama Jisoo yang membuat senyum serta tawa lelaki itu tidak pernah pudar.
Jimin tidak tau kapan panggilan itu berakhir karena setiap malamnya dia akan tertidur lebih dulu.
"Tapi Taehyung, lo tau, kan, lo harus nyelesain satu hal dulu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The [Shit] Architect And Me
FanfictionMembuktikan kemampuan yang dimiliki olehnya pada semua orang adalah keinginan Jisoo, tetapi semua itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan. Taehyung, satu nama yang akhir-akhir ini memasuki dunia Jisoo. Seseorang yang mendaklarasikan cinta serta ri...