Thirty Four.

817 97 25
                                    

Hai guys, jadi aku mau kasi tau. Aku nulis cerita baru loh, judulnya JOCULAR. Kalian bisa cari di profil ku yaa😙 cast nya Suga. Jadi buat bucinnya Suga, bisa mampir wkwkwk.

Boleh dong, kalian abis baca chapter kali ini langsung mampir ke JOCULAR, siapa tau suka wkwkwkwk. Jgn lupa share juga ke temen-temen😜

*******

Setelah Jungkook puas mencurahkan semua keharuannya lewat air mata yang ia keluar di sela-sela leher Hana, dokter Shina meminta Jungkook untuk menemuinya di ruangan pribadinya. Kata dokter Shina, ia akan memberitahu Jungkook apa saja yang harus ia lakukan sebagai suami siaga --ralat, bukan suami. Tapi kekasih. Sementara Hana, ia diminta untuk menunggu di luar ruangan.

Tepat setelah dokter Shina menjelaskan tentang keadaan janin Hana, Jungkook membelalakkan matanya kaget. Seluruh kekuatannya terasa hilang entah kemana. Tubuhnya lesu, tak berdaya. Rasa senang dan haru yang baru saja ia rasakan terasa terbang begitu saja.

"Ka-kau bercanda, bukan?" Tanya Jungkook meyakinkan apa yang baru saja ia dengar.

Seakan dapat merasakan hal yang dialami Jungkook sekarang, dokter Shina menggeleng dengan raut wajah yang sedih juga. Dengan hati-hati, ia mengulangi perkataan yang ia ucapkan tadi. "Keadaan janin Hana sangat lemah. Ia masih terlalu muda untuk mengandung 2 anak sekaligus." Dokter Shina menghembuskan nafas berat. Ia merasa tak enak jika harus mengatakan ini. Namun mau tak mau, Jungkook harus mengetahui tentang hal ini. "Aku tak bisa memastikan, bahwa nyawa Hana akan selamat saat persalinan nanti."

Mendengar itu, saking terkejutnya Jungkook tak sadar bahwa mulutnya ternganga lebar. Ia memutar kepalanya, melihat Hana yang duduk di luar sambil tersenyum mengusap perutnya dari balik pintu transparan yang ada di ruangan itu. Entahlah, melihat hal itu membuat dada Jungkook semakin nyeri.

Jungkook kembali menatap dokter Shina, dengan tatapan yang sangat lesu. "A-apakah tidak ada cara yang bisa menjamin nyawa Hana selamat saat persalinan nanti?"

Lagi-lagi dokter Shina menghembuskan nafasnya berat. Shina terdiam sejenak. Ia memperhatikan Jungkook sebentar, lalu berkata, "Kau harus mengorbankan salah satu anakmu."

Dengan spontan, Jungkook berdiri dan memukul meja yang menjadi jarak antara dirinya dengan dokter Shina. Mengorbankan salah satu anaknya? Tentu saja ia tak bisa. Tetapi, ia juga tak bisa membiarkan Hana kehilangan nyawanya.

Jungkook memang benar-benar egois.

"Tak mungkin!"

Dokter Shina sudah menduga bahwa Jungkook akan sedikit emosi. Dengan tetap tenang, dokter Shina berdiri dan memegang kedua bahu Jungkook. Secara perlahan ia mengarahkan tubuh Jungkook untuk kembali duduk.

"Dengan mengorbankan salah satu anak mu, mungkin nyawa Hana masih bisa diselamatkan." Dokter Shina terdiam sejenak. Ia tampak menyusun kalimat yang tepat agar tidak membuat hati Jungkook terluka. "Namun itu hanya kemungkinan terkecil. Karena melahirkan satu anak saja, rasanya Hana tidak akan mampu."

Setelah mendengar itu, Jungkook merasa bahwa saat ini ia hanyalah tubuh yang tak bernyawa. Ia sangat terpuruk. Semangatnya menurun drastis.

Setelah menerima kenyataan yang menghantam hatinya ini, tanpa berkata apapun Jungkook langsung mengambil obat yang sejak tadi dokter Shina siapkan untuk Hana. Ia pun meninggalkan ruangan itu dengan langkah yang sangat pelan. Entahlah, rasanya Jungkook tak memiliki tenaga untuk sekedar berjalan.

Ketika Jungkook sudah berdiri di hadapan Hana, tatapannya begitu pilu. Hana pun berdiri. Karena tak mengerti arti dari tatapan itu, Hana pun bertanya, "ada apa?"

Jungkook terdiam. Ia tak boleh mengatakan kenyataan yang ia dengar tadi. Ia tak boleh membuat Hana sedih setelah mendengar ini. Tugasnya sekarang, ia harus membahagiakan Hana bagaimana pun caranya.

My bad boy, JK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang