Fifteen.

2.1K 160 16
                                    

Di suatu pusat perbelanjaan kota Seoul, Sia dan Jungkook menjadi pusat perhatian disana. Banyak orang yang berbisik saat melihat mereka berdua. Namun Sia tak ingin ambil pusing. Ia dengan percaya diri nya tetap berusaha merangkul lengan kiri Jungkook, walau Jungkook sudah berkali-kali menepis tangannya.

"Sudah satu jam kita berjalan-jalan disini. Dan kau belum membeli pakaian barang satupun. Apakah kau tidak lelah?" Jungkook berucap dengan ekspresi kesalnya.

"Emm, apakah kau lelah?" Ucap Sia yang dibumbui dengan perasaan bersalah.

"Tentu saja, bodoh."

"Baiklah, kau duduk saja disana. Biar aku sendiri yang berkeliling membeli pakaian."

"Memang seharusnya begitu." Jungkook pun berjalan menuju tempat duduk yang memang disediakan disana.

Setelah meninggalkan Jungkook, Sia pun berjalan menuju tempat busana yang jaraknya tak jauh dari tempat duduk jungkook. Matanya bergerak liar mencari pakaian yang menurutnya cocok untuk ia pakai.

Sekitar tiga puluh menit, ia pun berjalan keluar dari tempat busana itu dengan menenteng dua paper bag di tangan kanan dan kiri nya. Ia tak ingin membuat Jungkook menunggu nya terlalu lama.

Namun, saat Sia hendak menghampiri Jungkook, ia menghentikan langkahnya saat melihat Jungkook yang kini sedang berbincang-bincang ria dengan seorang gadis cantik yang memakai kacamata berbentuk kotak.

"Apa tujuanmu kemari, noona?" Tanya Jungkook, yang tidak menyadari bahwa ia kini sedang diperhatikan oleh Sia dari kejauhan.

"Aku kemari untuk membeli sepatu baru, Mumpung hari ini ada dokter lain yang menggantikan diriku untuk sementara."

"Oh ya, jika dilihat-lihat, Kau sama sekali tidak berubah, jungkookie. Kau tetap saja tampan seperti dulu. Hanya saja, kau terlihat lebih dewasa." Lanjut gadis tersebut pada Jungkook, yang masih didengar jelas oleh Sia.

Jungkook pun membalasnya dengan senyuman.

"Oppa! Ayo pulang, aku sudah selesai!" Kehadiran Sia dengan merangkul lengan kanan Jungkook yang secara tiba-tiba itu sukses membuat gadis berkacamata didepannya itu kini mengernyitkan keningnya.

"Jungkook, apakah dia adikmu?"

"Bukan, aku adalah tunangannya." Balas Sia spontan, dengan semakin mengeratkan rangkulannya.

Mendengar penuturan dari Sia, gadis berkacamata itupun membulatkan matanya tak percaya.

"Begitukah? Kalau begitu perkenalkan, namaku Kim Shina. Aku adalah kakak kelas jungkook saat sekolah dasar dulu." Gadis yang bernama Shina itupun mengulurkan tangan kanannya, dan berusaha menutupi rasa ketidakpercayaan nya.

"Perkenalkan, namaku Himari sia. Aku adalah tunangan jungkook. Dan dalam waktu singkat ini, aku akan segera menjadi istri sah dari seorang pria yang bernama Jeon Jungkook ini." Ucap Sia dengan tingkat kesombongan yang begitu tinggi, dan membalas uluran tangan Shina.

Jungkook pun hanya bisa menahan emosi nya, saat mendengar penuturan sia yang menurutnya sangat berlebihan itu.

"Dan jika aku boleh tahu, apakah kau masih berstatus siswa? Dari penampilan mu yang seperti ini, aku bisa melihat bahwa statusmu bukanlah seorang siswa lagi." Ucap sia sambil meneliti penampilan Shina dari atas sampai bawah.

"Kau benar. Aku bukanlah seorang siswa lagi. Aku adalah seorang dokter kandungan disebuah rumah sakit dipusat kota Seoul ini. Diumurku yang masih sangat muda ini, sesungguhnya aku diharuskan untuk melanjutkan kuliahku terlebih dahulu. Tetapi karena aku terlalu pintar dan berpengalaman, maka aku sudah dibolehkan untuk langsung menjadi dokter." Ucap Shina sombong, Guna untuk membalas segala kesombongan sia tadi.

"Oh." Balas Sia singkat.

"Oppa, aku sangat lapar. Ayo kita mencari makan siang disekitar sini. Kau tak ingin membuat calon istrimu ini mati kelaparan, bukan?" Dengan segera, Sia pun menarik tangan Jungkook meninggalkan Shina yang masih berdiri disana.

Sia tak suka melihat seorang pria yang begitu ia cintai harus berbicara dengan gadis lain selain dirinya. Jungkook hanya miliknya. Dan akan selamanya begitu.

***

Cklekk

"Dokter, bagaimana keadaannya?" Tanya sang gadis cantik, saat melihat seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan yang bernuansa serba putih itu.

"Jika saya boleh tahu, apakah anda keluarga pasien?"

"Saya adiknya."

"Baiklah. Keadaan pasien saat ini sangat lemah. Janin yang dikandungnya juga sangat lemah." Mendengar itu, Hana membulatkan matanya tak percaya.

"Tapi-"

"Tapi anda tak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja, jika sang pasien banyak beristirahat, dan meminum obatnya dengan teratur. Tak lupa sang pasien juga harus memakan makanan yang sehat, agar keadaan janinnya semakin membaik." Hana pun tersenyum lebar, mendengar penuturan sang dokter.

"Apakah saat ini pasien sudah sadarkan diri?"

"Tentu saja. Dan kau boleh menemuinya didalam. Jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, saya permisi." Ucap dokter tersebut dan pergi meninggalkan Hana yang saat ini sudah masuk kedalam ruangan itu.

Didalam ruangan tersebut, terlihat Soojung yang sedang menatap pemandangan diluar jendela. Melihat itu, Hana pun kembali tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa melihat Soojung kembali sadarkan diri.

"Eonni, bagaimana keadaan mu? Apakah sudah semakin membaik?" Tanya Hana guna berbasa-basi.

"Apa peduli mu?" Ucap Soojung yang pandangannya masih setia menatap pemandangan diluar sana.

Mendengar itu, Hana mengernyitkan keningnya heran. "Ada apa dengan mu, eonni?"

Soojung pun mulai menoleh kearah Hana, dan memasang ekspresi yang sulit diartikan. "Melihat keadaan ku yang seperti ini, apakah kau masih bisa bertanya ada apa denganku?"

"Aku-"

"Apakah kau sudah puas memainkan drama mu ini?"

"A-aku tak mengerti apa maksud mu, eonni"

"Lebih baik kau pergi dari sini. Aku tak ingin melihat wajah manusia munafik seperti mu."

"Tapi--"

"Urus saja urusan mu sendiri, Hana! Jangan berpura-pura peduli padaku!" Bentak Soojung yang sukses membuat Hana terkejut bukan main. Tapi ia berusaha untuk menutupi rasa keterkejutannya dengan tetap tersenyum.

"Baiklah, jika memang itu mau mu. Aku akan pergi sekarang. Jaga kesehatan mu, eonni." Hana pun mulai meninggalkan ruangan itu.

"Mungkin saat ini Soojung eonni butuh waktu sendiri." Batinnya meyakinkan.

***

Maaf banget kalo sampe sejauh ini, alur nya semakin gaje. Karena emang bener, aku gak pinter nulis cerita :v

My bad boy, JK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang