Seven.

3.5K 229 11
                                    

Jungkook memasuki pekarangan rumah nya. Ia bingung, kenapa ada kendaraan asing yang terparkir didepan rumahnya. Namun ia tak ingin ambil pusing. Yang ia pikirkan saat ini hanya berbaring ditempat tidur, sambil memainkan ponselnya.

Saat Jungkook memasuki rumahnya, ia melihat ibunya tengah berbincang-bincang ria dengan seorang wanita separuh baya yang terlihat seperti blesteran China dan korea. Ia tambah kebingungan saat mendapati seorang gadis yang ikut duduk disana.

Jungkook POV

Tunggu!

Untuk apa ada seorang gadis disini?

Perasaan curiga mulai menyelimuti diriku. Apakah eomma ingin aku dan gadis itu untuk..?
Ah, rasanya tak mungkin. Tak mungkin kan, jika eomma menjodohkan ku dengan gadis blesteran seperti itu?

"Eoh, Kookie-ya, kenapa hanya diam disana? Ayo sini" Ucap eomma saat melihat ku yang mematung di ambang pintu.

"Ah, ani, eomma. Aku sangat lelah. Aku butuh istirahat." Ucapku lalu beranjak ingin pergi ke lantai dua, tempat kamarku berada.

"Tak bisakah kau menuruti suruhan eomma mu untuk kali ini saja?"

Okey, aku tak bisa menolak. Mau tidak mau aku membalikkan badanku dan berjalan menuju ke ruang tamu.

"Kookie-ya, perkenalkan, Ini sahabat eomma, namanya Himari Mey. Kau bisa memanggilnya eommonim saja. Dia adalah wanita blesteran China dan Korea. Dan ini adalah anaknya, Himari Sia. Kau bisa memanggil nya sia." Eomma menjelaskannya dengan panjang lebar. Aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Aku tak ingin mengeluarkan suaraku untuk sesuatu yang menurutku tak penting ini.

"Baiklah Mey, kita langsung saja." Ucap eomma sambil tersenyum kearah temannya itu. Rasa curigaku mulai bertambah besar.

"Jadi, Kookie-ya, di umurmu yang sudah seperti ini, kau sudah layak untuk meni-"

"Tidak!!" Ternyata dugaanku benar. Eomma dan temannya itu menjodohkan ku dengan gadis itu. Namun, sebelum eomma melanjutkan kata-katanya barusan, dengan cepat aku memotongnya. Aku tak ingin mendengar kalimat "pernikahan" yang diucapkan oleh mulut eomma.

"Kookie, dengarkan dulu ucapan eomma."

"Tidak!! Aku bisa mencari gadis pilihan ku. Eomma tak perlu susah payah menjodohkan ku dengan gadis ini." Ucapku sambil menunjuk gadis yang ku ketahui bernama Sia itu.

"Kookie,"

"Cukup. Jaman ini sudah berubah, eomma. Cara eomma menjodohkan ku dengan gadis ini, sungguh klasik dan murahan." Aku pun melangkahkan kakiku menuju kamarku.

"Dan satu lagi, aku sudah mendapat gadis pilihan ku di luar sana. Jadi, sebesar apapun eomma membujukku, aku tak akan pernah berpaling dari gadis yang sudah menjadi pilihan ku itu." Ucapku sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.

"Tunggu, kookie. Apakah kau yakin akan menolak perjodohan ini? Apakah kau yakin akan menolak permintaan eomma mu ini? Apakah kau sudah lupa akan janji mu dengan appa mu sebelum dia meninggal pada hari itu?" Mendengar itu, aku membalikkan badanku dan menatap eomma dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Lagi-lagi eomma mengingatkan ku akan janji itu. Jika saja penyakit kanker yang appa alami pada saat itu berpindah padaku, mungkin saja hari ini aku tak akan terjebak dengan perjodohan gila ini.

Ya, appa telah meninggalkanku sejak aku berumur tujuh belas tahun. Tepatnya setahun yang lalu. Ia meninggal karena mengalami kanker otak, dengan stadium lanjut. Tapi, sebelum appa benar-benar ingin meninggalkan dunia ini, ia berpesan pada ku untuk selalu menuruti dan menghormati perintah eomma. Ia juga memintaku untuk menjadi lelaki yang mandiri dan Budiman.
Tapi, ia tak ada memintaku untuk tidak bersikap seenaknya di sekolah kepunyaan keluarga kami, Seoul Senior High School. Jadi, tidak salah bukan, jika aku selalu membully dan bersikap seenaknya disekolah?

Semenjak appa berpesan padaku untuk selalu menuruti perintah eomma, saat itu juga eomma selalu menyuruh dan meminta hal yang aneh-aneh padaku. Itu membuatku sangat kesal. Mengapa bukan aku saja yang meninggalkan dunia ini? Mengapa harus appa?

Saat appa menghembuskan nafas terakhirnya, dan saat detak jantungnya sudah berhenti bekerja, disana aku mulai merasakan rasa kehilangan yang sesungguhnya. Aku juga mulai merasakan yang namanya "pengalaman menyedihkan" yang sebenarnya.

"Yak! Kookie-ya, ada apa? Jangan hanya terdiam disana. duduklah disamping eomma. Eomma dan eommonim mu akan merencanakan tentang perjodohan mu." Ucap eomma sambil menggeserkan badannya untuk memberi ku ruang untuk duduk.

"Untuk apa eomma menjodohkan ku dengan gadis ini?" Ucapku sambil menunjuk gadis itu.

"Kau takkan mengerti dengan yang namanya bisnis."

"Ck, jadi eomma menjodohkanku hanya untuk bisnis sialan eomma? Sungguh keterlaluan." Ucapku dan aku langsung melangkahkan kakiku menuju ke kamarku. Aku tak peduli dengan eomma yang terus-menerus memanggil namaku. Dan aku juga tak peduli dengan tatapan yang dipancarkan oleh gadis itu.

Sesampainya dikamar, aku langsung menghempaskan tubuhku di kasur king size ku. Aku terus memikirkan tentang perjodohan gila ini.

"Jika aku menikah dengan Sia, lalu bagaimana dengan Hana?" Aku bermonolog sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Aish, tidak! Aku takkan menerima perjodohan sialan ini."

Jungkook POV end

Author POV

Disisi lain, NaHee tengah berusaha mencairkan suasana yang sempat menjadi tegang tadi. Ia terus meyakinkan Mey --ibu dari Sia, untuk terus melanjutkan perjodohan ini.

"Ah, mungkin putraku perlu lebih banyak waktu untuk berpikir. Mohon maklum, Mey." Ucap NaHee sambil menyunggingkan senyuman manisnya.

"Tidak masalah, NaHee."

"Mohon dimaafkan atas sikapnya Jungkook tadi, Sia. Dia memang sedikit keras kepala." Ucap NaHee kepada sia.

"Tidak masalah, eommonim. Mungkin dia belum bisa menerimaku seutuhnya." Jawab sia sambil menampilkan senyuman termanisnya.

"Ah, anu. Setelah ini aku ada meeting di kantor. Mungkin aku seharusnya pulang sekarang." Ucap Mey, sambil berdiri dan bersiap untuk pulang.

"Baiklah. hati-hati dijalan, Mey. Dan kau juga, Sia." Ucap NaHee sambil menjabat tangan Mey dan Sia.

"Ah, Sia. Sering-seringlah bermain kesini. Jangan pernah sungkan untuk bermain kesini."

"Tentu, eommonim. Kami pulang dulu." Jawab Sia sambil melambaikan tangannya.

***

Hai, maaf banget banget banget kalo part yang satu ini jelek. Soalnya akhir" ini aku juga sibuk banget. Mohon pengertiannya^^

Jangan lupa voment ya^^

***

Himari Sia

Himari Sia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My bad boy, JK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang