"absen dulu yuk, siapa yg masih suka nungguin cerita ini?"
Note : kayaknya chapter yg satu ini feel-nya bakal kurang atau bahkan nggak ada deh😥.
*******
Di atas rerumputan yang subur itu, terlihat seorang pria yang kini tengah menatap seorang gadis yang tengah terduduk lemas sambil mengusap kakinya yang lumpuh diatas rerumputan itu.
Tatapannya sangat tajam. Lebih tajam dari pisau yang baru saja diruncingkan.
"Apa sekarang kau puas?!" Tanyanya.
Gadis itu mendongak, menatap sang pria, "Untuk?"
Pria itu mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras, dan tubuhnya bergetar menahan amarah. Terlihat sangat jelas bahwa pria itu berusaha untuk tidak melayangkan pukulan barang satupun kepada gadis itu. Karena visi hidupnya adalah, tidak peduli kesalahan apa yang diperbuat oleh wanita manapun, ia tetap tidak boleh memukul wanita dalam keadaan apapun.
"Kau memang benar-benar wanita yang licik, Sia."
"Mungkin." Ucap gadis yang bernama Sia dengan nada dan ekspresi yang sangat santai, tanpa merasa bersalah atas apa yang baru ia lakukan tadi. "Oh ya, ucapan Hana yang tadi benar. Kenapa kau tidak menghentikan ciuman tadi? Padahal jika kau mau, kau bisa mendorongku, 'kan?" Lanjutnya.
Lawan bicaranya hanya terdiam, namun tetap memasang ekspresi seperti tadi.
Karena merasa sangat muak jika harus bersama dan melihat wajah dari gadis itu lagi, sang pria memutuskan untuk berlari mengejar kekasihnya yang telah meninggalkannya dengan kekecewaan yang sangat besar.
Melihat pria itu berlari, Sia memanggilnya, "Hei! Jungkook-ie! Kau tidak bisa meninggalkan ku begitu saja! Setidaknya antarkan aku ke kamar dulu!" Namun, semua teriakannya sia-sia. Pria yang memiliki nama Jungkook itu tetap berlari, dan tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang menganggapnya telah tega meninggalkan gadis lumpuh yang terduduk lemas di taman itu.
Jika ia tidak memiliki keterbatasan seperti ini, ia pasti sudah mengejar Jungkook dan menghentikannya.
Sehingga Sia pun memanggil perawat, dan menyuruh perawat itu untuk mengantarnya ke kamarnya.
*******
Di sudut ruang tamu yang sempit dengan lampu remang-remang sebagai pencahayaan itu, terlihat seorang gadis yang kini tengah terduduk sambil melipat kedua kakinya, dan menenggelamkan wajahnya disana.
Ia sudah menumpahkan air matanya disana sejak ia melihat kejadian yang begitu menyayat hatinya di rumah sakit tadi.
Selama ini, gadis itu telah salah.
Ia mengira, bahwa pria yang bernama Jungkook yang notabenenya adalah kekasihnya itu adalah orang yang tepat untuk menjaga sekaligus mengisi hatinya.
Namun, semua itu salah.
Ia tidak mengerti, mengapa setiap lelaki yang begitu ia percaya selalu mengecewakannya?
Mungkin gadis itu memang ditakdirkan untuk tidak mengenal atau mempercayai lelaki manapun kecuali ayahnya.
Di situasi seperti ini, ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Hari ini ia sangat ingin bertemu dengan kedua orang tuanya, walau hanya sedetik. Ia butuh belaian dan kalimat pelipur lara dari kedua orang yang paling ia sayangi itu.
Ketika ia tengah meneteskan air matanya untuk yang kesekian kalinya, ia merasa tersentak ketika melihat pintu rumahnya yang terbuka dengan paksa akibat perlakuan dari seorang pria yang telah membuatnya menjadi seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My bad boy, JK!
Fanfictie--diharapkan untuk follow dulu sebelum baca-- "Hana, Berani-beraninya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kau miliki telah membuat candu pada diriku yang tidak memiliki kelebihan apapun ini. Dengan kecantikanmu, membuatku tak bisa berpaling...